Mohon tunggu...
Gading S
Gading S Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Gading

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan dan Masalahnya

2 Mei 2019   19:15 Diperbarui: 2 Mei 2019   20:06 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan dan masalahnya.

Hari ini 2 Mei kita memperingati Hardiknas atau Hari Pendidikan Nasional.

Ya, umumnya dihari ini lembaga pendidikan mengadakan acara seremonial semacam upacara untuk mengenang jasa pahlawan pendidikan khususnya Ki Hadjar Dewantara.

Acapkali pendidikan dianalogikan sebagai Investasi, ambil contoh filosofi lagu Annakonhi hamoraon di ahu bagi orang Batak, tak sekedar ungkapan tapi terdapat harapan disana. Dimana dengan menyekolahkan anak batak "satimbo-timbona" sesuai kemampuan "tolap gogo" diharapkan setiap generasi selanjutnya orang batak harus lebih tinggi kesejahteraan (prosperity), kedudukan (dignity) dan kesempurnaan (accomplishment). Filosofi itu sarat artinya, dimana meletakkan pendidikan sebagai syarat utama untuk dapat mencapai 3 tujuan mulia hidup batak itu.

Ya, dengan mendapatkan pendidikan diharapkan orang batak dapat meraih cita-cita dan impian orangtuanya lebih dari sekedar itu menaikkan harkat-derajat keluarga ditengah-tengah masyarakat.

Bagaimana dengan realita saat ini ?

Kami berpendapat pendidikan formal saat ini masih berkutat dengan permasalahan mendasar sebagai berikut ;

1. Akses dan Jaminan akses.

Saat ini Indonesia secara umumnya masih berkutat terhadap aksesibilitas atau hak mendapatkan pendidikan, khususnya anak yang hidup dalam garis kemiskinan.

Memang pemerintah sudah memprogramkan wajib belajar, kartu pintar, bantuan sekolah dan lainnya. Tapi besarnya tuntutan diluar kebutuhan sekolah membuat banyak Orangtua berkeluh kesah, ambil contoh Biaya perlengkapan sekolah, pendukung pembelajaran semacam LKS, dan konsumsi anak.

Ditambah lagi setoran-setoran diluar itu semacam pungutan komite, sumbangan pembangunan dan lain-lain.

Tak pelik, Kartu pintar belum kuat untuk dapat menjamin anak-anak dapat terus lanjut dan tuntas sekolah, tidak ada jaminan yang pasti untuk itu.

2. Pemerataan pendidikan dan infrastruktur.

Disparitas atau kesenjangan antara pendidikan dikota dan desa ; fasilitas, infrastruktur hingga kesejahteraan dan sumber daya para pengajar. Tak jarang ditemui Sekolah di desa banyak yang kekurangan tenaga pengajar, ditambah harus mampu menguasai semua mata pelajaran. Belum lagi kita berbicara infrastruktur, saya tidak mau berbicara panjang kesitu tapi yang jelas PR utama dari infrastruktur pendidikan bagi saya adalah ; Sanitasi.

3.  Inovasi pendidikan dan kualifikasi guru.

Dalam pengajaran, saya tidak tahu terlalu dalam karna kebetulan saya bukan mahasiswa FKIP, tapi yang perlu dicatat bahwa methode pembelajaran harus up to date, guru harus mampu membuat pembelajaran PAKEM, grup diskusi dan kooperatif. Dalam kelas, guru menanamkan nilai kolektif tak sekedar berkompetisi untuk  Ranking dalam penilaian akhir, dan siswa tidak hanya fokus mengejar ranking, inovasi menghapus sistem perankingan disekolah dasar dinilai tepat. Terlebih pemerintah saat ini lebih menanamkan pendidikan karakter (character building) daripada sekedar pembangunan pengetahuan. 

Inovasi lainnya adalah E-Day atau english day yang diterapkan di SMA juga dinilai amat baik.

Juga guru harus menjadi katalisator atau orang yang mampu memacu siswa untuk  menemukan dan mengembangkan bakat, minat dan kemampuan mereka, bukan sekedar pengajar yang serba tahu, agar UNBK atau UNKP tidak menjadi momok dan setiap siswa mampu menemukan penelusururan Minat dan Kemampuan (PMDK)

Lanjut kualifikasi guru, saat ini banyak permasalahan tentang kualitas dan kualifikasi guru khususnya guru di daerah baik ASN maupun Honorer, indikasinya dalam Uji Kompetensi Guru (UKG) masih banyak guru yang harus menerima rapor merah, terutama dalam penguasaan teknologi dan refrensi pembelajaran. 

Sudah selayaknya pemerintah memacu guru untuk mengupdate refrensinya, sama seperti dosen opsi untuk peningkatan kualifikasi semacam mewajibkan guru belajar study S-2 lagi diharapkan mampu menjadi solusi karna methode dan refrensi pembelajaran tahun 80-90an saat guru tersebut kuliah sudah tertinggal dengan perkembangan saat ini.

4. Pengembangan mutu

Pengembangan mutu amat penting dalam pendidikan tinggi, dimana Universitas sebagai laboratorium berpikir dituntut mampu menghasilkan produk berpikir, antitesa dari suatu kajian, penelitian dan sebagai tautan untuk dapat menciptakan solusi ditengah-tengah masyarakat. Pengembangan mutu tak hanya sekedar mengejar akreditasi A, B atau C tapi lebih dari itu harus dibarengi peningkatan kualitas pengajaran oleh dosen, mahasiswa agar kiranya semua produk berpikir, karya ilmiah yang dihasilkan dalam laboratorium berpikir yang dinamakan kampus itu dapat menjawab segala permasalahan dimasyarakat.

Intinya ; refleksi hari pendidikan ini senantiasa meninggalkan secercah harapan ; pendidikan dapat benar-benar diakses semua orang dan merubah peradaban manusia tak hanya sekedar komoditas tapi lebih dari itu dapat menjadi senjata mengentaskan kemiskinan sesuai cita-cita Ki Hadjar Dewantara.

Gading S, pkl 11.00 WIB 020519

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun