Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Katanya Budaya Korea Menginvasi Budaya Kita

2 April 2022   15:32 Diperbarui: 2 April 2022   15:43 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Postingan Iklan Facebook

Budaya Korea menjadi sesuatu yang besar di tanah air bahkan dunia 3 tahun belakangan ini. Mulai dari anak muda hingga orang tua, semua menikmati apa yang dibawa oleh negeri gingseng itu ke Indonesia, termasuk penulis sendiri. Saat penulis sedang berselancar di Facebook, tidak sengaja saya tertarik dengan iklan dari sebuah online shop yang berkolaborasi dengan salah satu idol asal Indonesia yang berkarir di Korea Selatan, yakni Dita Karang. Dan di postingan iklan tersebut, salah seorang pengguna media sosial menulis, "Wkwk Dah Keliatan Ya Rakyat Indo Dah Di Kuasai Korsel Dg Cara Halus wkwk,".

Pendapat orang berbeda-beda, itu yang ada di pikiran saya sebelumnya. Akan tetapi setelah melihat akunnya yang ternyata adalah akun bodong atau akun palsu, kelihatannya pendapat tersebut tidak bisa diterima. Mengesampingkan yang tadi, apakah benar Korea sudah menginvasi budaya kita?

Pengaruh Korea ke dunia (dalam hal ini Korea Selatan) disebut sebagai hallyu atau biasa dikenal sebagai Korean Wave.

Fenomena hallyu sendiri bisa dilihat dari berbagai macam tayangan seperti variety show, drama, film, dan terutama musik pop yang biasa dikenal sebagai "K-Pop". Jujur penulis sendiri baru terkena Korean Wave pada tahun 2019 lalu. Cukup aneh mengingat penulis sendiri sebenarnya adalah penggemar Iron Maiden dan Linkin Park, tapi malah berbelok cukup jauh ke girl group K-Pop seperti Twice, Aespa, dan Itzy. Kontras sekali ya? Nah sebenarnya apa alasan K-Pop bisa mendunia seperti sekarang sampai-sampai penulis yang sering mendengarkan lagu bergenre metal dan rock bisa terjerumus ke dalamnya?

Kita bahas mulai dari penyebarannya terlebih dahulu. Yang pertama, dikutip dari  Fenomena Korean Wave di Indonesia -- Environmental Geography Student Association (ugm.ac.id) Korea memiliki kementerian khusus yang menangani industri hiburan di sana. Selain memiliki kementerian yang mengurusi industri tersebut, masyarakat di sana pun sangat mendukung budaya mereka. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penayangan video-video K-Pop di YouTube. Pada survei yang dilakukan pada tahun 2020, Korea Selatan menempati urutan pertama dengan presentasi sebesar 10.1% dari seluruh dunia.

Akhir-akhir ini stasiun televisi hingga online shop membuat sebuah acara yang berisi artis-artis K-Pop Korea. Kenapa mereka melakukan hal tersebut? Jawabannya simpel. Indonesia punya pasar yang besar di bidang K-Pop. Jika tadi penulis bilang Korea Selatan menempati urutan pertama pada survei penonton video K-Pop di YouTube, Indonesia berada di peringkat kedua dengan presentase 9.9%. Jadi wajar saja jika banyak stasiun televisi dan online shop  yang mengundang artis Korea untuk datang ke acaranya.

Korean Wave di Indonesia pun tidak hanya mengenai musik atau dramanya saja. Makanan pun juga tidak terlewat menjadi salah satu sektor yang menarik untuk dijelajahi. Contohnya salah satu kedai di daerah Magelang yang menyediakan makanan khas Korea seperti ramyeon, jjajangmyeon, tteokbokki, kimbab, dan banyak lagi, memiliki pelanggan yang tidak bisa dibilang sedikit.

Tapi bukan berarti budaya Indonesia kalah dengan luar negeri. Pernyataan tersebut tidak memiliki dasar yang jelas dan hanya berupa opini pribadi. Dalam hal kuliner sendiri, ada beberapa kedai di Korea Selatan yang menyediakan menu Indonesia. Salah satunya bernama Warung Pojok, nama yang sangat identik dengan Indonesia. Kedai ini terletak di kawasan Gimhae, Gyeongsang Selatan. Dilansir dari Warung-warung Indonesia yang 'Menjajah' Korea, Warung Pojok didirikan oleh seorang wanita Korea yang lama tinggal di Indonesia. Menunya pun ada berbagai macam, mulai dari pecel, lele goreng, bahkan sambal goreng telur juga ada di sana. Masih ada banyak warung khas Indonesia yang ada di sana seperti Warung Mbok Mumun, Warung Makan Borobudur, dan sebagainya.

Lalu bagaimana dengan industri hiburan Indonesia? Masih belum ada tonggak yang pasti untuk hal tersebut karena semuanya terlihat bergerak sendiri-sendiri. Indonesia kelihatannya lebih baik mengikuti jejak Korea Selatan dalam hal ini, yaitu membangun kementerian budaya khusus industri hiburan sehingga konten-konten yang dihasilkan bisa dinikmati dan disadari oleh khalayak luar bahwa Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang kreatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun