Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CerGab: Penyesalan Diri

1 Februari 2020   14:28 Diperbarui: 1 Februari 2020   14:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hipwee.com/

Hari demi hari telah berlalu. Aku semakin nyaman dengan kehidupanku saat ini. Siang hari aku berjalan bersama teman-temanku, dan malam hari pergi ke bar dengan James. Sungguh, James adalah teman pria paling dekat yang pernah kumiliki dan jujur aku punya perasaan padanya. Bagaimana tidak, ia sangat tampan. Kedekatan pun terus terbangun, dan hampir setiap hari kami pergi ke bar bersama. Bahkan kami beberapa kali melakukan sesuatu diluar batas, tapi aku suka, karena itulah hidup sesungguhnya! Namun suatu ketika, James tidak bisa datang ke bar karena ada acara keluarga. Aku sedikit merasa kurang di sini karena James, tapi ada teman-teman baruku yang lain, jadi tidak terlalu bermasalah. Kami pun berpesta hingga larut malam.

"Sampai jumpa besok!" kataku pada teman-temanku.

"Hei, jangan lupa untuk menyampaikan salamku pada James oke?" ujar Nato.

"Sampai jumpa Mira!" teman-teman lainnya juga melambaikan tangan padaku.

Aku tersenyum, melambaikan tangan, dan keluar dari bar.

"Ahh, malam yang menyenangkan seperti biasa."

Aku pun memulai langkahku kembali ke penginapan. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tidak banyak kendaraan yang lewat pada jam seperti ini. Aku sedikit takut berjalan sendirian pada saat seperti ini karena biasanya James yang mengantarku pulang. Ketika hanya tinggal beberapa meter lagi sampai ke penginapan, aku didekap oleh seseorang dan ia membiusku sehingga aku pingsan seketika.

Berjam-jam telah berlalu, aku bisa melihat cahaya dan di depanku sekarang adalah... Televisi? Tunggu, aku berada di ruangan bercat putih bersih infus sudah menancap di tanganku. Jadi aku di rumah sakit? Kepalaku terasa berat di bagian belakang.

"Oh terima kasih Tuhan!" kata seseorang yang tiba-tiba memelukku.

"Na-Nato?"

"Akhirnya kau bangun juga," Nato melepaskan pelukannya. Air mata bahagia mengucur membasahi pipinya. "Kukira kau sudah mati, syukurlah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun