Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Habis Obor Rakyat Terbitlah The Politic

18 Agustus 2014   20:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:13 2308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="The Politica yang buta Politik (dokpri)"][/caption] Pagi ini ketika saya masuk ke kantor Pesantren Al Qur'an Babussalam, saya dikejutkan oleh tumpukan tabloid di atas meja. Nama tabloid itu adalah The Politic dengan tag The one and only trusted political. Judul besar di dan tampilan depan pada edisi 20 ini langsung mengingatkan saya pada logo dan isyu yang disemburkan pihak Prabowo. Ada kata Save Indonesia yang diblok warna merah, yang menyiratkan bahwa indonesia dalam keadaan kritis akut dan perlu penyelamatan sesegera mungkin. Bukan hanya 10 atau 20 eksemplar, ada tiga bundel besar yang berisi tabloid ini dan belum dibuka. Perkiraan saya ada 1000 eksemplar. Saya mengambil satu eksemplar dan membacanya.  Tidak ada hal baru di dalamnya. kebanyakan artikel yang mirip dengan media-media penyokong capres no 1. Menurut sebuah artikel di Novanmedia, majalah ini digawangi oleh Nanik S. Deyang, namun tidak terdapat nama tersebut dalam jajaran redaktur The Politic. Tabloid  ini launching pada tanggal 18 oktober 2011. Tabloid ini pernah memuat wawancara dengan Ir. Joko Widodo, walikota Solo. “…Pendapatan Asli Daerah (PAD) Solo pun melonjak drastis dari Rp 54 miliar per tahun menjadi Rp 146 miliar, padahal tidak ada pungutan yang dinaikkan…”. Demikian salah satu materi yang dimuat dalam judul “Terapkan Manajemen Perusahaan dalam Pemerintahan” itu (sumber) Menurut Hartoyo, seorang pegiat media yang saya kutip dari sebuah link, tabloid The Politic adalah tabloid politik yang buta politik tubuh. Hartoyo mengatakan, "Majalah ini pinginnya membawa tema politik untuk menyelamatkan bangsa (Indonesia) tapi kelakuannya "menjual" tubuh perempuan. Lah bagaimana mau ngomong politik kalau melihat tubuh perempuan saja tidak bisa dilihat sebagai ranah politik." Isyu yang menjadi sorotan dalam edisi ke-20 The Politica ini tentang kecurangan-kecurangan pilpres yang terstruktur, sistematis dan massif. Berbagai rubrik berbicara tentang kecurangan yang terjadi pada pemilu kali ini, serta memojokan penyelenggara Pemilu serta mencoba untuk menggoyang keabsahan keputusan KPU.  Khas gerombolan Capres nomor 1. Yang saya sayangkan -selain isinya yang tidak cover both side dan sangat memojokan Presiden terpilih, adalah pengiriman edisi promosinya ke Pesantren kami yang  mungkin juga terjadi pada pesantren lain. Penyebarannya sangat mirip dengan Obor Rakyat. Mengapa media semacam itu mesti dikirim ke pesantren? Alih alih ingin menjaga Indonesia (save Indonesia) tabloid ini ingin memecah belah bangsa Indonesia. [caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="3 bendel the politica (dokpri)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun