Buat anda pecinta kopi mungkin tidak asing lagi dengan nama-nama ini. Tapi buat saya, Nama-nama itu terdengar sangat asing. Pesanan saya, Kopi Bali Kintamani sendiri dibuat dengan Aeropress. Sebuah alat semacam suntikan menurut saya #gumun mode on. Nah ini proses pembuatan kopi kita.
“Kopi Indonesia itu dikenal luas di dunia. Kita patut bangga!” ujar Nina sembari memandangi deretan toples biji kopi yang sudah dilabeli nama-nama kopi asal daerahnya di “Serius Ngopi”.
Ya, saya bangga. Mendadak, saya bisa sangat memaklumi bagaimana para pecinta kopi di sekitar saya begitu bahagianya ketika mereka mendapat oleh-oleh kopi dari daerah lain. Karena pada kenyataannya rasa tiap kopi itu berbeda tiap daerah, tergantung bagaimana ia hidup di lingkungan tanah dan kelembapan seperti apa. Sebuah rasa yang terkadang perbedaanya hanya bisa dimengerti oleh pecintanya.
Seperti manusia saja, tak peduli ia keturunan siapa, bagaimanapun lingkungan sangat mempengaruhi karakternya. Yang pada akhirnya, sepahit apapun karakter seseorang, hanya orang mencinta yang bisa mengerti dan menerimanya.
#Sok filosofis. Wkwkwkw
Mengakhiri kunjungan ke “Ngopi serius” saya sempat menanyai Farid, seorang pengunjung yang sudah beberapa kali datang.
“Mas, sebagai penggemar kopi berikan kata-kata yang bisa menggambarkan tentang kopi!” pintaku iseng.
“Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata pokoknya” jawabnya membuat kami terkekeh. Sales dari sebuah perusahaan farmasi ini mengaku sudah sejak lama menjadi pecinta kopi. Ia juga bercerita ia lebih menyukai kopi dari pada rokok.
Sementara itu, saat saya meminta beberapa pengujung lain menggambarkan kopi dengan satu kata, rupanya pendapat mereka berbeda-beda, kopi itu “pahit”, ada juga yang bilang “asem”, ada juga yang bilang “asyik”. Juga ada yang bilang “enak”.
Saya jadi ingat, dahulu sebelum film filosofi kopinya Juli Estelle booming, saya pernah menemukan novel yang cukup heboh tentang filosofi kopi dan gula yang muncul di berbagai threat juga aplikasi HP. Judulnya, “Kisah Dua Kamar”. Saya sampai 2 kali baca novel ini.
Cuplikan yang saya suka:
Ibarat kopi item nih ya lo tambahin gula gula sedikit demi sedikit, trus lo rasain...
kalo emang masih kurang ya lo tambahin lagi sampe rasanya pas.
Tiap orang khan pasti punya pahit dan manis nya idup.
Nah sekarang kalo lo emang baru ngerasain paitnya, ya lo usaha cari gulanya lah.
Kopi, bternyata mampu membuat orang melankolis. Saya juga jadi teringat tentang ucapan pakde saya dulu sekali, “Kopi itu rasanya hanya bisa dimengerti orang-orang yang tahu seni.” Setelah saya amati pada beberapa orang. Sepertinya, memang benar ya? Hahaha.