Mohon tunggu...
fuatuttaqwiyah
fuatuttaqwiyah Mohon Tunggu... Penulis - penulis

penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Inilah Saatnya Kami Menyiapkan Bekal untuk Berhaji

1 Januari 2019   22:05 Diperbarui: 1 Januari 2019   22:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semua orang pasti ingin berhaji. Begitu juga saya dan suami. Keinginan itu begitu kuat sampai ke hati. Setiap hari kami berdoa dan berusaha agar usaha yang kami lakukan bisa membawa ke Baitullah. Setiap kali mendengar teman atau kolega pulang dari tanah suci, rasanya kami ingin menangis. Kapankah kesempatan itu datang? Apalagi bagi kami yang tinggal di pedesaan. Harapan untuk haji itu begitu jauh.

Untuk makan sehari-hari saja kami mengandalkan dari hasil panen tadah hujan. Setahun hanya dua kali panen. Bila musim kemarau tiba, sawah dibiarkan kering begitu saja. Kami tidak bisa mengolahnya. Praktis dalam setahun, kami harus berpikir dengan cepat dan cermat, agar hasil panen cukup hingga setahun.

Kami sadar haji adalah rukun Islam kelima yang harus ditunaikan. Sebagai muslim, kami tahu saat ini belum mampu ke sana. Namun, bukan berarti kami putus harapan. Doa terus terpanjat menembus Arsy-Nya. Ke mana Kami harus bergantung kalau tidka kepada-Nya?

Mampu dalam berhaji artinya kami mampu membayar ongkos ibadah haji yang tidak sedikit. Sangat besar untuk ukuran kami yang tinggal di desa dengan hidup sederhana. Terkadang, hasil panen hanya bisa untuk kehidupan sehari-hari. Untuk sayuran, Alhamdulillah tidak beli. Kami tinggal metik di halaman rumah. Jadilah pengeluaran berkurang. Bisa untuk ditabung di bank.

"Haji itu murah kok. Kalau dihitung dari setoran awal Rp25 juta. Bila sehari mengumpulkan Rp5.000,00, maka hanya sekitar 14 tahun tercapai uang untuk membayar nomor porsi."

Ucapan suami ada benarnya juga. Kalau Rp5.000,00 rasanya tidak terlalu berat. Bila kuhitung sebulan, berarti hanya Rp150.000,00. Padahal kami berdua. Berarti harus menyisihkan Rp10.000,00 per hari. Itu kalau kami masih berharap bisa mendapat porsi di tahun ke-13.

Soal haji ini kami tidak main-main. Kewajiban haji memang untuk orang yang mampu baik fisik maupun biaya. Kalau fisik kami berharap bisa berhaji lebih cepat dari sebelumnya. Mengingat usia kami yang sudah tidak muda lagi. Stamina sudah mulai menurun, meskipun sudah sangat dijaga. Olahraga setiap pagi selama 30 menit. Itu kami lakukan untuk menjaga kebugaran tubuh.

Berhaji bagi kami buka sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi jauh dari hal itu. Kami ingin merasakan kedekatan dengan Allah di rumah-Nya yang suci. Membayangkan hal itu terjadi membuat badan merinding tidak karuan. Kerinduan berdoa di Masjidil Haram, Raudah, dan tempat mustajab lainnya.

Ah, lagi-lagi kami bermimpi. Selain kami ingin berhaji, ada emak yang juga sudah sepuh. Beliau belum sempat berhaji. Harapan kami, bertiga ke tanah suci. Saya, suami, dan emak. Pasti sangat bahagia bila sempat ke tanah suci di usia yang tersisa.

Rekening Tabungan Jemaah Haji

Waktu yang tak banyak  membuat kami pun muali mencari informasi. Terutama dengan bank yang menerima setoran biaya haji. Harapan kami semoga dimudahkan dan dilancarkan memberangkatkan emak ke tanah suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun