Mohon tunggu...
Fuad Nur Zaman
Fuad Nur Zaman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar dan Penggemar Sejarah

Imam al-Ghozali rahimahullah pernah mengatakan "kalau engkau bukan anak raja atau putra ulama besar, maka menulislah!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggapai Impian Suci: Kisah Abu Bakar dan Keinginan untuk Bersama Keluarga di Surga

5 Maret 2024   05:03 Diperbarui: 5 Maret 2024   05:16 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abu Bakar ash-Shiddiq terus berusaha dan berdo’a untuk putra tercintanya. Namun, ikhtiyar belum juga menemui ujungnya. Berbagai peristiwa besar seperti Perang Badar, Perang Uhud hingga Perang Khandaq telah terlampaui, tetapi Abdurrahman bin Abu Bakar tetap pada prinsipnya yang kokoh dan belum mau menerima Islam. Sampai kemudian terjadi sebuah peristiwa besar bernama sulhul hudaibiyah, yakni sebuah perjanjian antara Rasulullah SAW dengan Suhail bin Amr yang merupakan perwakilan dari kafir quraisy. Dalam perjanjian tersebut, setidaknya ada dua poin penting yang telah disepakati. Yang pertama adalah gencatan senjata selama 10 tahun dan yang kedua adalah setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Rasulullah SAW atau menjadi bagian dari kaum kafir Quraisy. Pada fase inilah ikhtiyar Abu Bakar ash-Shiddiq menemui ujungnya. Putra tercintanya, Abdurrahman bin Abu Bakar akhirnya menjemput hidayah dari Allah SWT dan menjadi bagian dari perjuangan kaum muslimin di Madinah.

Cita-cita yang menjadi harapan dan impian Abu Bakar ash-Shiddiq akhirnya menjadi kenyataan. Abdurrahman bin Abu Bakar akhirnya masuk Islam dan menjadi pembela agama Allah yang hebat. Beliau yang dulu terkenal memiliki prinsip yang kuat dan kokoh sebelum masuk Islam, kini pun juga menjadi pembela agama Allah dengan prinsip yang kuat dan kokoh. Maka benarlah apa yang telah dikatakan Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori "Khiyarukum fil jahiliyyah, khiyarukum fil Islam, idza faqihu" (yang terbaik diantara kalian di masa jahiliyyah, berpotensi menjadi yang terbaik di masa Islam, jika ia memiliki pemahaman yang baik.)

Ketika Abdurrahman bin Abu Bakar memeluk Islam dan kembali ke pangkuan agama yang haq, Abdurrahman berkata kepada ayahnya yang diabadikan oleh Imam as-Suyuthi dalam Tarikh Khulafa, “Pada saat perang Badar, engkau tampak di hadapanku sebagai target yang tepat (untuk dibunuh). Namun aku mundur untuk tidak membunuhmu.” Namun ketika Abdurrahman memeluk Islam, bercahayalah wajah Abu Bakar melihat putranya itu ketika menyatakan baiat kepada Rasulullah. Sejak saat itu, Abdurrahman berusaha sekuat tenaga untuk menyusul ketinggalan-ketinggalannya selama ini, baik di jalan Allah maupun di jalan Rasulullah dan orang-orang Mukmin.

Dalam Perang Yamamah yang terkenal itu, jasanya amat besar. Keteguhan dan keberaniannya memiliki peran besar dalam merebut kemenangan dari tentara Musailamah Al-Kadzab dan orang-orang yang murtad. Bahkan dialah yang berhasil menghabisi Mahkam bin Thufail, yang menjadi perencana bagi Musailamah. Dengan segala daya dan upaya ia berhasil mengepung benteng pertahanan mereka yang strategis.

Di bawah naungan Islam, sifat-sifat Abdurrahman bertambah tajam dan lebih menonjol. Kecintaan dan keyakinannya serta kemauan yang teguh untuk mengikuti agama yang haq telah mendarah daging dalam tubuhnya. Pada masa Rasulullah dan para khalifah sesudah beliau, Abdurrahman tak ketinggalan dalam mengambil bagian dalam peperangan, dan tak pernah berpangku tangan dalam jihad fi sabilillah.

Cita-cita untuk bersama keluarga di surga adalah impian yang mengandung kebijaksanaan dan keindahan yang tak terlukiskan. Di sana, di bawah naungan kasih sayang Ilahi, ikatan keluarga menjadi lebih kuat, lebih bermakna, dan lebih abadi. Namun, untuk meraihnya, diperlukan upaya dan dedikasi dalam menjalani kehidupan yang sholih, penuh kasih, pengampunan, dan pengabdian kepada Allah SWT dan sesama. Meskipun dihadapkan dengan cobaan dan ujian, dengan tekad yang teguh dan kepercayaan yang tak tergoyahkan kepada keadilan dan kemurahan Allah, kita dapat bersama-sama meraih impian suci tersebut. Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq memberikan kita pelajaran yang sangat berharga dalam meraih sebuah cita-cita yang mulia. Berada di surga bersama keluarga tercinta.

Oleh: Fuad Nur Zaman (Penggemar Sejarah)

Sumber:

  • Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi)
  • Sirah Nabawiyah (Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy)
  • Zadul Ma’ad (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
  • Tarikh Khulafa (Imam As-Suyuthi)
  • The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq (DR. Ahmad Hatta MA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun