Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peristiwa 15 Januari 45 Tahun Silam

14 Januari 2019   16:32 Diperbarui: 14 Januari 2019   16:31 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdasarkan evaluasi terhadap faktor-faktor yang siginifikan, banyak sekali perusahaan Jepang berinvestasi di Indonesia. Nama-nama korporasi global seperti Mitsui, Toyo Menka, Sony, Sanyo, Toshiba, Natinal yang belakangan menjadi Panasonic, dan Hitachi. Dalam bidang otomotif, Toyota, seperti flag shipnya, kemudian ada Nissan,  Honda, Suzuki, dan Mitsubishi. Dalam sektor farmasi, pemain-pemain global juga tidak mau ketinggalan. Beberapa nama-nama terkenal seperti Eisai,  Tanabe, Meiji, Takeda, Taisho, dan Otsuka.

Entah kenapa belakangan muncul resistensi terhadap korporasi Jepang.  Boleh jadi masuknya modal Jepang relatif sangat cepat ke Indonesia. Sementara secara kultural bangsa Indonesia belum sepenuhnya siap. Namun, faktor lain adalah masuknya modal Jepang ke Indonesia juga diikuti dengan mengimplementasikan strategi pemasaran yang promotif, terbuka, sangat aktif  yang sepertinya masih baru untuk masyarakat Indonesia merupakan konsekuensi logis dari ekspansi korporasi Jepang ke Indonesia. Oleh karena itu berbagai bill board terpampang di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya dan berbagai kota-kota besar lainnya. Faktor ini sepertinya cukup mengagetkan bangsa Indonesia. Alhasil lampu neon promosi bertebaran di banyak tempat.

Internal power struggle:

Masyarakat umum nampaknya tidak tahu  secara pasti kebenaran adanya internal power struggle di antara beberapa jenderal yang dekat dengan Soeharto apakah kedekatannya karena jabatan atau karena hubungan pribadi. Media massa juga tidak sepenuhnya mengungkap secara terbuka karena bisa berakibat bumerang bagi media massa sendiri. Sementara desas desus, isu, dan berbagai informasi bergerak ke berbagai penjuru tanpa tahu siapa sumbernya.

Salah satu informasi yang   terdapat di kalangan mahasiswa bahwa terjadi pergesekkan antara para Aspri Presiden Soeharto khususnya antara Ali Moertopo dengan Jendral Soemitro. Desas desus ini on off,turun  bagaikan Lautan Teduh.  Sementara itu Jendral Soemitro berkeliling ke beberapa kampus untuk memberikan ceramah. Ini semakin memperkuat kebenaran desas desus tersebut bahwa memang terjadi internal power struggle.  Ali Moertopo dengan gayanya sendiri tetap bermanuver seringkali sulit terdeteksi. Boleh jadi karena latar belakangnya sebagai intelijen.

Akhirnya, saat terjadinya Peristiwa 15 Januari 1974, Jendral Soemitro sebagai Pangkopkamti didampimhi Brigjen Hermans Sarens Soediro, Selasa sore 15 Januari dengan panser untuk menenangkan penduduk kota Jakarta. Keesokan harinya, Rabu pagi 16 Januari, Jendral Maraden Panggabean juga dengan berkeliling Jakarta untuk  menenangkan massa yang masih bergolak.

Yang sangat menarik adalah ketika Rabu siang 16 Januari, Jendral Soemitro tampil bersama dua Aspri Presiden yaitu Ali Moertopo dan Soedjono Humardhani serta Laksamana Soedomo dan beberapa Perwira Tinggi lainnya. Setelah itu mulai dilakukan penangkapan-penangkapan, sesuai dengan tampilan Jendral Soemitro yang sangat represif tampilannya.

Kebangkitan mahasiswa:

Gerakan mahasiswa Indonesia untuk perubahan merupakan sejarah panjang sejak tahun 1920-an. Tepatnya pada 28 Oktober 1928 dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda menjadi satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.  Bahkan  Indonesia disebut  sebagai rumah dari gerakan mahasiswa yang dalam sejarah Dunia.  Setidaknya ini pendapat Kevin O'Rourke mengatakan , analis politik  memiliki keyakinan seperti itu setelah mengamati secara seksama gerakan mahasiswa di Indonesia.

Memang mahasiswa memang identik dengan perubahan. Idealisme yang dimiliki pada mahasiswa merupakan motivasi untuk perubahan. Oleh karena itu, mahasiswa selalu berada di depan dalam perubahan. Ini Ini sulit disangkal, karena  terjadi di berbagai belahan Dunia.

Akan halnya Peristiwa 15 Januari  1974, para eksponen mahasiswa saat itu sudah mengamati, menganalisis, dan merasakan adanya yang salah dalam kebijakan pembangunan saat itu. Utamanya adalah dominasi modal asing dalam ekonomi Indonesia . Apalagi saat itu Indonesia sedang berusaha untuk membangun kembali ekonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun