Sungai Bt. Arau(sumber gbr; fb - Chrisman Putra Jaguar)
Dari pantai Padang kami berlari menuju kawasan Muara atau Sungai Batang Arau. Sepanjang kawasan ini kita bisa melihat bangunan lama peninggalan Belanda. Oleh Pemko Padang kawasan ini dijadikan sebagai kawasan cagar budaya.
Bangunan Lama peninggalan Belanda di Jl. Btg Arau-Padang. (sumber gbr; fb- Anthoni Chaniago)
Setelah melewati jembatan Siti Nurbaya yang cantik itu, kami berlari menyusuri jalan aspal di pinggir Sungai Batang Arau. Sungai ini salah satu sungai terbesar yang membelah Kota Padang dan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil nelayan,kapal pesiar, dan juga kapal barang skala kecil-menengah.
Sungai Bt. Arau(sumber gbr; fb - Chrisman Putra Jaguar)
Selanjutnya kami menyusuri jalan setapak yang sedikit mendaki di Bukit Gado-Gado tersebut. Di bukit ini terdapat pemakaman lama etnis Tiong Hoa yang boleh dikatakan sebagai kawasan wisata ziarah bagi etnis tersebut. Track mendakinya pun sebenarnya tidaklah terjal alias masih landai. Selebihnya jalan setapak yang datar.
Lokasi pemakaman Tionghoa di Bukit Gado-gado Padang. Di sini lintasan jalur menuju Pantai Air Manis (sumber; fb-Chrisman Putra Jaguar)
Hawa sejuk perbukitan dengan udara yang bersih di pagi hari terasa menyegarkan paru-paru. Suara khas hewan di bukit seperti burung yang berkicau dan monyet seolah ikut meramaikan langkah lari kami. Dari sela-sela pepohonan terlihat pemandangan biru laut dengan pulau-pulau di kejauhan.
Dari situ juga bisa terlihat kapal-kapal besar yang lewat dari dan /atau menuju pelabuhan kapal Teluk Bayur. Begitu juga kapal kecil atau perahu nelayan yang sedang menjaring ikan. Jelas suguhan ini membuat mata jadi segar dan sehat.
Tidak butuh waktu lama, sekitar 20 menit kemudian jalan menurun dan bertemu pasir pantai dengan pohon kelapa yang berjejer sepanjang pantai. Ada juga jalan setapak di pinggirnya. Terserah, mau berlari di jalan setapak atau di pasir. Boleh berganti-ganti sesuai selera kita.
Seterusnya kami berlari menuju Pantai Air Manis yang memiliki icon dengan legenda Si Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu. Pantai di sini dibandingkan dengan Pantai Padang, memiliki hamparan pasir yang luas.
Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis (sumber gbr; steemit.com)
Di dekat kawasan ini ada hal yang menarik berupa fenomena alam, yakni terdapat satu pulau kecil bernama Pulau Pisang Ketek (Pisang Kecil). Bila pasang surut, jalan pasir akan terhampar dan mudah mencapai pulau tersebut. Waktu surutnya cukup lama. Rata-rata dimulai sekitar jam 10 pagi sampai tengah hari sekitar pukul 14.00 WIB.
Pantai Air Manis dan Pulau Pisang Ketek (sumber gbr; oknusantara.com)
P Pisang Ketek saat pasang surut (sumber; dananwahyu.com)
Jaraknya pun tidak terlalu jauh sekitar lebih kurang 500 meter dari bibir pantai. Saat pasang naik, air bisa setinggi perut atau dada orang dewasa. Anak-anak tidak dianjurkan menuju pulau itu saat pasang naik.
Saat pasang surut di P. Pisang Ketek (sumber; antarasumbar.com)
Rasa letih dan lelah akan terbayar tuntas setelah sampai disini. Kami istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan alam dengan minum kelapa muda. Bila musim buah tiba, rambutan, mangga, manggis, dan durian juga dijual di sini. Sudah bisa terbayang bukan ?
"Lari marathon, kok banyak istirahatnya ?" Mungkin ini ada terselip di benak pembaca, bukan ?