Mohon tunggu...
Firmansyah Arowana
Firmansyah Arowana Mohon Tunggu... Administrasi - Aparatur Sipil Negara

Seorang anak sulung, suami yang beruntung, abi dari duo krucil yang aktif dan lucu, ingin menjadi pembelajar sepanjang hayat, belajar menulis, belajar meneliti

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Berhentilah Menjadi "Good Man", Indra Sjafri

11 Desember 2019   13:45 Diperbarui: 12 Desember 2019   16:35 5392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coach Indra Sjafri (IS) (KOMPAS.com/Garry Lotulung)

Besar ekspektasi dari rakyat Indonesia IS dapat menyamai pencapaian Anatoli Fyodorovich Polosin yang mempersembahkan emas untuk Indonesia di SEA Games 1991 dan Bertje Matulapelwa pada SEA Games 1987. Tapi realita berkata lain Indonesia kembali harus menjadi runner up setelah kalah 3-0 dari Vietnam.

Meskipun menderita kekalahan, terdapat beberapa perbaikan strategi dan pola permainan yang kontras terlihat dari hasil racikan IS pada penampilan Timnas U23 Indonesia di ajang Sea Games 2019 kali ini, seperti:

Perbaikan pertahanan pada serangan bola-bola set piece
Terbukti dari 9 pertandingan terakhir timnas U23 hanya 3 kali kebobolan melalui set piece, timnas U23 tidak kecolongan ketika melawan Iran saat partai uji coba serta ketika melawan Thailand dan Singapura di SEA Games yang notabene memiliki postur lebih tinggi dari para pemain timnas U23.

Perbaikan Transisi Permainan
Dahulu permasalahan ini merupakan momok bagi IS tetapi di ajang Sea Games kali ini terlihat sangat sukar bagi musuh untuk menciptakan gol dari situasi serangan balik, sebaliknya TImnas U23 sudah beberapa kali menghasilkan gol dari serangan balik tatkala melawan Thailand dan Singapura.

Pressing Ketat Tim Lawan sampai ke Pertahanan

Thailand dan Singapura melakukan strategi ini ketika melawan timnas U23 di SEA Games 2019, seakan mengulang euforia tatkala mereka berhasil mengalahkan Indonesia pada AFF 2018 dan kualifikasi AFC Cup 2019.

Namun layaknya Manchester City dan Barcelona, IS sukses membuat timnas U23 keluar dari situasi tersebut dan membungkam balik mulut sombong pemain Singapura dan mantan pelatih Thailand dengan permainan bola-bola pendek impresif, cepat, presisi, dan pergerakan tanpa bola dari pemain-pemainnya.

Pasca kekalahan dari Vietnam di final, ada beberapa kelemahan IS yang  menurut penulis masih harus diperbaiki seperti:

Sebagai pelatih IS belum bisa keluar dari seorang "good man"
Terlihat dari ucapan IS beberapa waktu lalu sebelum pertandingan final, "Yang membedakan Indonesia dan Vietnam adalah pelatih Vietnam sudah mendapat kartu kuning dua kali, saya belum." (BolaSkor.com, akses Desember 2019).

Menjadi catatan, terkadang menjadi sedikit "nakal" tentu diperlukan apalagi untuk ajang seperti turnamen yang pelaksanaannya relatif singkat. Strategi ini benar-benar dipakai oleh tim kepelatihan dan pemain Vietnam terlihat ketika pemain Vietnam bernomor punggung 5, Doan Van Hau melakukan invisible tackle kepada Evan Dimas.

Terlihat respons dari pelatih, tim, dan pemain Vietnam cenderung santai. Namun sebaliknya ketika ada pemain Vietnam terkena tekel maka dapat dilihat respons mereka begitu reaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun