Pertanyaan-pertanyaan akan selalu datang menyerbu rongga dadamu hingga sesak. Tentang apa saja. Dan tidak perlu selalu kau jawab.
Begitu pula aku, yang tidak perlu selalu kau tanya sudahkah aku makan. Aku pun tidak akan menanyakan itu. Buat apa?
Begitu pula aku, yang selalu menghadirkan setiap jawaban atas semua tanyamu. Kupikir, untuk apa semua itu. Sedang, kau hanya duduk dengan tanyamu yang tak ada habisnya.
Satu ketika kau sendiri kelimpungan kala pertanyaan yang tak ada habisnya itu keluar deras dari mulutku.
Begitu pula engkau, yang tidak selalu bertanya tentang jawaban-jawabanku. Kupikir, apakah kau memang benar-benar sudah mengerti? Atau hanya ingin menyudahi jawaban penuh omong kosong ini?
Satu ketika, kau sendiri tidak tahu apa jawaban itu kala aku hanya diam termangu mendengarkan semua jawabanmu.
Begitu pula engkau, yang tidak perlu selalu bertanya sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaanku. O ya, jangan pula selalu kau pikirkan jawaban atas semua pertanyaanmu sendiri.
Karena, buat apa?
Satu ketika, kita saling melontarkan pertanyaan.
Tentang kealpaan.
Tentang pengingkaran
Tentang kebusukan
Tentang kebaikan
Tentang kebajikan
Tentang segala bentuk dari segala pertanyaan.
Sampai ketika jawaban itu muncul.
Kau, dan aku,
saling menjawab.
Aku.