Mohon tunggu...
Friska NathaliaBr
Friska NathaliaBr Mohon Tunggu... Saya Friska Nathalia Br S.Brahmana mahasiswa Undiksha

Friska Nathalia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mekanisme Molekuler Sintesis Protein: Dari Dampak Kekurangan Hingga Intervensi Antibiotik dan Mutasi Genetika

7 Juli 2025   08:38 Diperbarui: 7 Juli 2025   08:38 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Protein adalah molekul esensial yang membangun dan mengatur hampir seluruh fungsi biologis di dalam tubuh. Proses sintesis protein, yang berlangsung melalui tahapan transkripsi dan translasi, menjadi kunci utama dalam menjaga homeostasis, pertumbuhan, dan perbaikan sel. Namun, berbagai faktor seperti kekurangan protein, intervensi antibiotik, dan mutasi genetik dapat mengganggu proses ini dan menimbulkan dampak luas terhadap kesehatan manusia. Artikel ini membahas secara mendalam mekanisme molekuler sintesis protein, serta bagaimana gangguan pada proses ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan. 

Sintesis Protein: Dasar Molekuler Kehidupan
Sintesis protein adalah proses biologis yang memungkinkan informasi genetik yang tersimpan dalam DNA diubah menjadi rantai asam amino yang membentuk protein fungsional. Proses ini terbagi menjadi dua tahap utama: transkripsi dan translasi.


Transkripsi berlangsung di dalam inti sel, di mana DNA digunakan sebagai cetakan untuk membentuk messenger RNA (mRNA). Enzim RNA polimerase menyalin kode genetik dari DNA ke mRNA, yang kemudian keluar dari inti menuju ribosom di sitoplasma.

Translasi terjadi di ribosom, di mana mRNA dibaca dan diterjemahkan menjadi urutan asam amino dengan bantuan transfer RNA (tRNA) dan ribosomal RNA (rRNA). Rangkaian asam amino ini akan membentuk polipeptida yang kemudian mengalami pelipatan menjadi struktur protein yang fungsional.

Setiap tahapan sintesis protein sangat terkontrol dan melibatkan berbagai enzim serta faktor regulasi untuk memastikan protein yang dihasilkan memiliki struktur dan fungsi yang tepat.


Dampak Kekurangan Protein: Edema dan Penurunan Massa Otot
Defisiensi protein merupakan salah satu masalah gizi yang dapat berdampak luas pada kesehatan. Secara molekuler, kekurangan protein menyebabkan dua gejala utama: edema dan penurunan massa otot.

Edema terjadi karena rendahnya kadar albumin dalam plasma darah. Albumin adalah protein utama yang menjaga tekanan osmotik darah. Jika kadar albumin turun akibat kekurangan protein, cairan mudah keluar dari pembuluh darah ke jaringan, sehingga terjadi pembengkakan atau edema pada berbagai bagian tubuh, seperti perut, tungkai, tangan, dan kaki. menjadi struktur protein yang fungsional.

Penurunan massa otot terjadi karena tubuh akan memecah protein otot untuk memenuhi kebutuhan asam amino esensial yang tidak tercukupi dari makanan. Proses ini disebut proteolisis, di mana protein otot dipecah menjadi asam amino untuk digunakan dalam proses vital lain, seperti sintesis enzim, hormon, dan perbaikan jaringan.

Selain dua gejala utama tersebut, kekurangan protein juga dapat menyebabkan anemia, gangguan fungsi organ, penurunan imunitas, gangguan emosi dan mental, serta kelainan pada tulang, gigi, rambut, dan kulit.

Dampak pada Maturasi dan Biogenesis Ribosom
Selain menghambat pembentukan ikatan peptida, kloramfenikol juga dapat mengganggu proses perakitan dan pematangan subunit ribosom 50S. Studi terbaru pada Escherichia coli menunjukkan bahwa kloramfenikol menyebabkan akumulasi prekursor ribosom 50S yang belum matang, menghambat pembentukan struktur penting seperti central protuberance (CP), H89, dan H58. Efek ini terjadi baik secara langsung melalui ikatan kloramfenikol pada prekursor ribosom, maupun secara tidak langsung dengan mengganggu keseimbangan protein ribosom.

Konsekuensi Fisiologis bagi Bakteri
Karena protein sangat penting untuk berbagai fungsi seluler mulai dari enzim metabolik, protein struktural, hingga faktor regulasipenghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol menyebabkan pertumbuhan bakteri terhenti (bakteriostatik), dan pada konsentrasi tinggi atau pada bakteri yang sangat sensitif, dapat bersifat bakterisidal. Bakteri yang tidak mampu mensintesis protein tidak dapat memperbaiki kerusakan, membelah diri, atau mempertahankan struktur dan fungsi vitalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun