Untuk berkunjung ke Gili Iyang, akses menuju pulau ini cukup mudah, pengunjung harus menempuh perjalanan laut selama 30 hingga 40 menit menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Dungkek. Setibanya di pulau, wisatawan bisa menikmati panorama pantai alami seperti pantai pasir putih di Pantai Ropet, menjelajah formasi karst di Batu Cangga atau trekking ke area konservasi gua, atau sekadar duduk santai sambil menghirup udara laut segar yang bersih dari polusi.
Namun yang paling dicari tetaplah kesegaran udaranya. Tak sedikit pengunjung yang membawa alat pengukur kadar oksigen sendiri hanya untuk membuktikan klaim yang selama ini beredar. Dan nyatanya, angka-angka itu tidak bohong.
“Kalau malam hari, udara makin adem dan segar. Banyak tamu dari kota yang bilang mereka bisa tidur lebih nyenyak di sini,” kata Ibu Sri, pemilik warung yang juga menyediakan tempat singgah bagi para tamu. “Banyak tamu dari Jakarta, Malang, Surabaya. Ada yang datang dua hari, tapi malah betah seminggu. Katanya di sini bisa tidur nyenyak, badan enteng,” ungkapnya sambil menyajikan teh jahe hangat kepada tamu.
Kini, Gili Iyang tengah dikembangkan sebagai destinasi wisata kesehatan, tempat di mana orang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran secara alami. Pemerintah Kabupaten Sumenep bersama kelompok masyarakat sadar wisata sedang menata fasilitas dan promosi, sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan pulau. Masyarakat dan pemerintah daerah berharap Gili Iyang bisa terus berkembang tanpa kehilangan jati diri alaminya. “Kami ingin wisata berkembang, tapi jangan sampai merusak alam dan udara kami,” ujar Ahyak. Semangat menjaga alam ini juga sejalan dengan prinsip pariwisata berkelanjutan yang mulai digaungkan di berbagai daerah Indonesia.
“Kalau ke sini, bukan cuma liburan. Tapi juga untuk menyembuhkan lelah jiwa dan raga,” tutup Pak Hamzah dengan senyum bangga.
Gili Iyang kini bukan hanya sekadar pulau terpencil di Madura. Ia adalah contoh hidup tentang harmoni antara manusia dan alam, serta bagaimana udara bersih bisa menciptakan generasi yang sehat, damai, dan panjang umur. Dengan segala keunikan dan kekayaannya, Gili Iyang bukan hanya tempat wisata, tapi juga laboratorium hidup di mana manusia dan alam hidup berdampingan dalam keseimbangan. Sebuah pulau kecil yang menawarkan napas panjang dan kehidupan yang lebih tenang.
Dosen Pengampu : Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI