Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknologi vs Iman

13 Februari 2018   22:38 Diperbarui: 13 Februari 2018   22:48 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang teknologi dan iman nampaknya sudah menjadi polemik kehidupan sehari-hari, entah oleh pribadi yang beragama maupun oleh orang yang tidak beragama sekalipun. Iman dan perkembangan teknologi seakan menjadi tema pembicaran publik, terutama dalam Gereja. Arus zaman dunia modern yang kini melanda seluruh bangsa manusia termasuk Gereja itu sendiri, menghadirkan perkembnagan teknologi yang teramat cepat. 

Manusia yang hidup dalam dunia yang terus berubah, terkadang tidak menyadari perubahan serta perkembangan yang terjadi, sehingga sering kali tidak tersusul oleh orang-orang yang mau mempelajarinya. Perubahan yang cepat itu dipacu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang adalah arus zaman modern ini menghasilkan banyak hal positif. Kemajuan teknologi,utamanya, yang mana membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. 

Sehingga  Gereja pun memanfatkannya untuk menggemakan Sabda Allah dan untuk kepentingan pastoral lainnya.

Namun, tidak sedikit pula hal negatif yang muncul sebagai akibat dari kemajuan teknologi, entah dampak yang dapat dirasakan dalam jangka pendek maupun dampak negatif yang baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Berdasarkan kenyataan ini, dalam himbauan apostoliknya, Paus Fransiskus menyuarakan kewaspadaan bagi semua anggota Gereja, agar dengan penuh kejelihan melihat dan membaca sisi positif dan negatif dari arus perkembangan teknologi ini. 

Perihal yang dapat diharapkan agar arus perkembangan teknologi , tidak menyeretkan setiap orang pada situasi yang tidak dikehendaki.  Peran iman amat dibutuhkan kala berhadapan dengan situasi seperti ini, yang kehadiran iman menjadi kekuatan untuk dapat menimba mana yang baik dan mana yang jahat, sehingga terhadap segalah polemik kehidupan yang mungkin akan terjadi dan mungkin akan dihadapi dapat ditanggapi secara efektif.

Iman Versus Teknologi
Sejak abad-abad pertengahan polemik tentang iman dan kemajuan teknologi sudah sering terjadi, dan peristiwa demikian tergambar sebagai pertempuran antara kelompok intelektual, yang memiliki nalar dan pemikiran luar biasa di atas rata-rata kemampuan pikir manusia pada umumnya. Salah satu tema  yang sering dijadikan sebagai pokok persoalan ialah perihal mengenai penciptaan alam semesta dan manusia. Tiap filsuf dengan teorinya masing-masing membuktikan temuan-temuan mereka sebagai bukti atas kebenaran persepsi yang mereka utarakan. 

Sebagai contoh;Stephen Hawking yang dengan memanfaatkan segalah macam teknologi yang diciptakan manusia, mengajukan teori Big-bang "Ledakan Besar", untuk menjelaskan terjadinya alam semesta ini. Sebenarnya, itu tidak lain dari teori kebetulan. Namun perihal demikian tidak dibantah, sebab dengan kecanggihan teknologi, Hawking dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya berdasarkan temuan-temuan yang rasional dan dapat diterima oleh akal sehat manusia. 

Para pemuja iptek yang berhasil membuktikan persepsi-persepsi ini, seakan membuka jalan bagi para pribadi beriman untuk keluar dari pandangan iman yang mereka anut selama ini. Sudah tentu pandangan atau teori bik-bang ini, dengan sendirinya akan bertentangan dengan iman serta kepercayaan Gereja Katolik, yang mengimani kisah penciptaan alam raya sebagai hasil ciptaan Tuhan yang Mahaagung. 

Bagi orang katolik kepercayaan akan masa permulaan penciptaan ialah semata hanya karena kehendak Tuhan yang Ia wujudkan melalui firman dari mulutnya. Perihal atau konsep yang dipercayai ini hanya dapat dimengerti melalui iman yang total akan kekuasaan Sang Pencipta.

 Beriman berarti menyangkali akal sehat, karena percaya kepada apa yang tidak masuk akal, dalam artian konsep tentang iman yang bersifat adikodrati  tidak dapat dipahami atau dianalis oleh otak manusia. Tentang asal-usul dunia ini, misalnya, orang beriman yakin bahwa Allah-lah yang menciptakannya dari tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Kenapa? Karena Alkitab firman Allah yang tertulis mengatakan demikian. 

Sedangkan yang memakai nalarnya, akan meresakan kejanggalan. Demikianlah adanya sebab pemikiran manusia tidak bisa menerima pokok creatio ex nihilo. Menentang teori Stephen Hawking, seorang filsuf katolik  mementahkan pendapat anti Kristus tersebut, sebab bagi mereka  pemikiran ini terjadi hanya karena keegoan dalam diri seorang pribadi dan tidak berdasarkan apa-apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun