Mohon tunggu...
Frengky Simanjorang
Frengky Simanjorang Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Diponegoro, Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Renewable Energy Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenal Taktik Perang Gerilya Generasi Muda Indonesia demi Bumi Lebih Bersih

19 Februari 2022   08:00 Diperbarui: 19 Februari 2022   08:01 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya” kalimat yang tepat menjelaskan perjalanan hidup manusia. Setiap orang akan menghadapi masalah dan perubahan besar di masanya sendiri. Tak terkecuali di masa sekarang, warga dunia sedang hangatnya membahas mengenai krisis iklim. Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan manusia.

Di era industri 4.0 saat ini dimana dunia makin transparan, sehingga tidak ada lagi sekat antar negara. Setiap individu sudah seharusnya memposisikan diri sebagai warga dunia, bukan hanya sebagai bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu 17 tujuan sebagai warga dunia, dan yang menjadi highlight untuk tulisan ini adalah tujuan no 7 yaitu Affordable and Clean Energy dimana membuat bumi lebih bersih. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan transisi energi, yaitu transisi penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT).

Permasalahan transisi energi ini tentu saja menjadi perhatian pemerintah Indonesia, melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menekankan demi tercapainya transisi energi Indonesia memiliki target penggunaan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. “Upaya strategis melihat dinamika keenergian yang terjadi, Pemerintah telah menyusun rancangan Grand Strategi Energi Nasional yang mengakselerasi antara lain mengembangkan peningkatan kapasitas produksi dan penyerapan EBT”, ungkap Arifin.

Namun, sampai sekarang penggunaan energi baru terbarukan masih sampai 11,5 % jauh dari target 23% pada tahun 2025. Berkaca dari tahun sebelumnya, hanya terjadi peningkatan sebesar 0,3 %. Peningkatan yang sangat kecil ini menjadi keresahan yang harus segera diselesaikan.

Potensi energi baru terbarukan di Indonesia sendiri sebesar 417,8 GW dengan total pemanfaatan 2,5% atau 10,4 GW. Kurangnya laju transisi energi di Indonesia ini harus segera diatasi, dibutuhkan kolaborasi dan awareness antar stakeholder sehingga transisi energi baru terbarukan bisa dirasakan oleh masyarakat. Untuk mendukung percepatan transisi energi, pemerintah mengajak generasi muda agar turut serta berkontribusi nyata menyukseskan transisi energi. Pemerintah melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam meluncurkan program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya).

Kata Gerilya tentu mengingatkan pada perjuangan pahlawan yang mengorbankan darah untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Gerilya secara harfiah berarti perang kecil, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dalam kelompok kecil tapi sangat fokus dan efektif. Sampai sekarang kata gerilya masih relevan untuk digunakan, meskipun tidak dalam suasana pertumpahan darah.

GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya) merupakan program yang disiapkan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk diimplementasikan pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Program ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan kurangnya laju transisi energi terbarukan di Indonesia, khususnya pada penggunaan energi surya.

Metode pembelajaran yang digunakan pada program Gerilya adalah pelaksanaan 2 bulan course dan 4 bulan team-based project. Pada 2 bulan course, mahasiswa akan melakukan pembelajaran secara daring yang didukung pengajar dan mentor profesional. Pada pembelajaran ini, mahasiwa akan belajar mengenai kebijakan energi yang ada di Indonesia, kemudian belajar mengenai teknologi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), mulai dari pengetahuan dasar PLTS, cara mendesain PLTS, langkah-langkah instalasi dan komisioning PLTS, hingga pada perawatan PLTS. Setelah belajar mengenai teknologinya, mahasiswa kemudian akan belajar komersialisasi dan marketing PLTS agar konsumen mau untuk menggunakan PLTS.

Pada 4 bulan team-based project, mahasiswa akan diterjunkan langsung ke perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang PLTS seperti Adidaya Energi, Adaro Energy, Borneo Energy Harapan, PT KAS, Atonergi dan LEIN Power. Pada team-based project ini mahasiswa dituntut agar mengaplikasikan pembelajaran yang sudah didapat sebelumnya.

Saat ini Gerilya sudah memiliki 2 batch. Pada program Gerilya batch 1, dengan jumlah mahasiswa yang tergabung sebanyak 52 mahasiswa dari 21 Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Sedangkan pada program Gerilya batch 2 yang saat ini sedang berjalan memiliki jumlah mahasiswa 57 dari 29 Perguruan Tinggi.  Selama 6 bulan, peserta Gerilya batch 1 berkontribusi membantu dalam proses intalasi PLTS atap baru sebesar lebih dari 2,3 MWp dan penyusunan dokumen pre FS PLTS  Atap dengan total kapasitas lebih dari 2 MWp. Hal ini menunjukkan bahwa program Gerilya ini memberikan pengaruh yang baik pada laju transisi energi di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun