Mohon tunggu...
Freema H. Widiasena
Freema H. Widiasena Mohon Tunggu... Buruh - Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Suka menyendiri dan suka bersama. Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tabiat Jelek Saya: Enggak Menghitung Uang

21 Agustus 2019   14:58 Diperbarui: 21 Agustus 2019   15:09 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lulus kuliah, saya pekerja jadi karyawan. Kerja ikut orang. Harus nuruti perintah juragan meskipun kadang (baca: sering) saya tidak menyepakatinya secara manajerial: karena apa yang saya idekan mustinya akan lebih efektif, efisien, dan indah secara operasional.

Tapi yang namanya jongos meski jabatan saya mentereng: head of ..., ya saya harus tetap tunduk sama sesiapa yang menjadi atasan saya.

Hingga akhirnya kesepakatan saya dan istri saat awal menikah menjadi kenyataan: kami akan membesarkan si kecil kami di kampung halaman saja, pulang kampung dari kotapraja yang telah mempertemukan kami berdua dan mengasah pengalaman awal kami menghadapi dunia realita: mencari nafkah.

Berbisnis sendiri, saya berkongsi dengan beberapa teman. Saya memegang produksi, rekan kongsi saya menangani pemasaran dan administrasi. Kami mengembangkan Awindo Creative yang kami sebut sebagai kontraktor advertising, bukan tukang setting dan tenaga bikin gambar serta huruf timbul.

Ya, kami mengerjakan konsepsi, operasi, dan pasca operasi segala tindakan komunikasi pemasaran, sekecil apapun itu sistem operasionalnya. Namun tidak mengerjakan sendiri sama sekali item-item basis produksinya. Singkatnya demikian.

Salah satu contohnya adalah kami memasang papan publikasi (billboard/baliho) dari klien di segala penjuru lokasi: mengurus perijinannya, memesan papan dan rangka ke tukang las, mencetakkan bannernya, memasangkannya, dan melakukan perawatan berkala. Tapi kami bukan tukang las, tukang cetak banner, atau tukang kabel dan lampu-lanpu. Pun bukan makelar perijinan.

Omzetnya mulai lima puluh ribu rupiah hingga seratus lima puluh juta per kerjaan.

Gedhe?

Relatif. Namun bukan itu intinya.

Intinya adalah berkaitan sekaligus enggak berkaitan: (bisa dibilang) seumur-umur saya enggak pernah menghitung duit, baik yang saya bayarkan maupun yang saya terima.

Ada kalanya karena itu dihitungkan oleh tim saya, ada kalanya, pas saya yang melakukan pembayaran/penerimaan, itu oleh saya sendiri, namun saya enggak (berinisiatif) melakukan penghitungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun