Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Perspektif Tafenpah|| Jika berkenan, mampirlah di Portal saya Tafenpah.com dan Indocaregiv.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nak, Jangan Cari Kebahagiaan

17 Agustus 2020   23:40 Diperbarui: 18 Agustus 2020   00:01 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah sekarang bukan hanya berpikir, tapi bagaimana manusia mempertahankan kehidupan? Di salah satu kota metropolitan ada seorang pengusaha muda yang hidup berkelimpahan harta. Ia bisa saja melakukan segala sesuatu dengan kelimpahan materinya. 

Akan tetapi, ia tak pernah puas dengan apa yang ia dapatkan. Padahal, mesin waktu telah mengujinya 30 tahun yang lalu. Di mana ia berasal dari salah satu keluarga termiskin di salah satu pulau perawan Timor. Ia bekerja keras untuk mencari dan mengumpulkan kekayaan. Alhasil, ia pun mencapai kesuksesan materi di tanah rantau.

Seiring berjalannya waktu, ia merasa gelisah dengan kekayaannya. Maklum ia hanya hidup sebatang kara. Karena keluarganya sudah beralih dimensi. Dimensi terang dan gelap telah ia lalui di tanah rantau. Senja membutuhkan sore untuk menemaninya. Ia juga membutuhkan pantai untuk mengantarkan senja kepada Sang Pengada.

Ia membeli salah satu pantai yang indah di pulau Timor. Saking keinginannya untuk menemani kepergian senja. Akan tetapi, ia terus merasa gelisah dengan dirinya. Sebab ia tidak tahu apa yang dicarinya. 

Rintik-rintik hujan menemani pengusaha kaya raya ini untuk mengunjungi salah satu gua yang berada di seberang pulau Timor. Sebab ada seorang filsuf yang sudah menghabiskan separuh usianya di dalam gua itu. 

Pengusaha ini penasaran dengan kehidupan sang filsuf. Karena sang filsuf tak punya materi dan segala kemewahan yang ada di dalam gua tersebut. Tapi, sang filsuf selalu merasa tenang dan bahagia dengan kehidupannya. Apa rahasia kebahagiaannya?

Sumber: Pixabay
Sumber: Pixabay

"Guru, bolehkah aku tinggal sepekan di dalam gua ini?" tanya si pengusaha.

"Tentu saja boleh anak muda!"

"Terima kasih guru."

"Apa yang anda cari di tempat yang sederhana ini anak muda?"

"Aku sedang mencari ketenangan, guru!"

"Hey, anak muda untuk apa anda mencari ketenangan!"

"Guru, meskipun aku hidup berkelimpahan materi, tapi aku selalu gelisah!"

"Apa yang anda gelisahkan?"

"Aku gelisah akan kehidupan guru yang selalu tenang dan menikmati dinamika kehidupan ini. Oleh sebab itu, aku penasaran dengan rahasia kebahagiaan dari kehidupan guru. Bolehkan guru memberitahukan rahasia tentang kebahagiaan?

"Anak muda, memang benar, manusia tak akan pernah puas dengan apa yang sudah didapatkannya. Sebab manusia adalah makhluk pencari kebahagiaan."

"Apa maksud dari perkataan guru?"

"Plato dalam etika nikomachea mengatakan bahwa,"Tujuan tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan."

"Lalu, kebahagiaan menurut versi guru itu yang seperti apa?"

"Kebahagiaan dalam versi guru adalah hidup apa adanya."

"Maksud hidup apa adanya itu yang seperti apa guru?"

"Anak muda, guru sudah menghabiskan separuh usia di dalam gua ini, tapi guru selalu menikmati ketenangan batin. Karena guru tak punya apa-apa. Guru tak memiliki kelimpahan materi. Guru hanya menjalani kehidupan seperti apa adanya, bukan ada apanya seperti anda.

Sumber: Pixabay
Sumber: Pixabay

Pengusaha muda ini terkesima dan tersihir dengan ucapan sang filsuf. Ia seolah terbius dengan kebijaksanaan hidup dari sang filsuf.

"Apakah kebahagiaan guru itu terletak pada hidup apa adanya, bukan ada apanya?"

"Jawabannya sudah terkandung di dalam pertanyaan anda! Satu hal lagi yang guru terapkan dalam kehidupan adalah berkata 'cukup.' Oleh sebab itu, jangan pernah mencari apa yang sudah terkandung di dalam kebahagiaan, anak muda!" 

Pengusaha muda ini sangat terpukul dengan pernyataan sang filsuf. Akan tetapi, ia bangga dengan ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dari sang filsuf. Bersama langit cerah, ia mengakhiri percakapannya dengan sang filsuf.

Usaha untuk mencari kebahagiaan hanya menemui banyak masalah. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menjalani kehidupan yang tenang adalah menjalani hidup apa adanya, bukan ada apanya. Jangan mencari kebahagiaan. Sebab kebahagiaan sudah ada dalam kehidupan anda.

Salam Kompasiana

Haumeni, 17 Agustus 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun