Mohon tunggu...
Fredi Yusuf
Fredi Yusuf Mohon Tunggu... Insinyur - ide itu sering kali datang tiba-tiba dan tanpa diduga

selalu bingung kalo ditanya, "aslinya orang mana?".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Cinta untuk Zola

30 Maret 2021   02:51 Diperbarui: 30 Maret 2021   03:02 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Cinta untuk Zola|Dokpri

Jansen adalah Ketua mitra kerja, yang akan membantu berbagai urusan kami di Malinau. Ia asli orang Dayak, yang merupakan salah satu suku asli dan terbesar di Kalimantan. Dia tidak sendiri, ada Oggy dan Diana, yang dari sosok dan gaya bicaranya cukup terlihat jelas jika mereka berasal dari Indonesia Timur. Kedua orang ini yang membantu Jansen, untuk pekerjaan-pekerjaan lapangan, dan kan menjadi tandem Zola dan Mas Kardi selama menjelajah hutan Kalimantan.

Kami menginap tiga malam di Kota Malinau yang tidak bising dengan keramaian kota. Kami melakukan briefing serta menyiapkan berbagai perlengkapan menjelang kami berangkat ke Desa Long Nyapa, tempat kami riset nanti.

Zola mulai mengeluh dengan makanan yang kurang sesuai dengan lidah Minangnya. Hingga ia harus memasak sendiri di Basecamp tempat kami menginap.

"Sebenarnya lidahku tidak payah, yang penting ada cabe giling yang digoreng itu sudah cukup. Makanan lainnya tinggal dicampur saja dengan cabe giling tersebut" ucap Zola sambil mengulek cabe yang akan dia masak. Ia sedikit kesulitan mengulek cabe, karena batu ulekan cabe di Sumatera biasanya berbentuk bulat, sedangkan disini bentuk seperti pistol.

Dari keterangan Jansen, Desa Long Nyapa yang akan jadi tempat tujuan riset ini belum bisa diakses oleh kendaraan. Untuk menuju kesana, hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki selama 9 hingga 12 jam dari Desa Long Tuvu. Untuk menuju desa Long Tuvu sendiri harus ditempuh selama 8 sampai 10 jam, dengan kendaran kendaraan bergardan ganda, karena medan jalannya yang offroad abis. Perjalanan yang pastinya akan menguras energi dan emosi.

Hari itu pun tiba. Dua kendaraan offroad double cabin yang akan mengangkut kami ke Long Tuvu sudah terparkir didepan base camp sedari tadi. Dari bentuk fisiknya, sepertinya ini bukan kendaraan offroad, tapi kendaraan perang. Kendaraan off road biasanya dipelihara pemiliknya yang biasanya sangat telaten dan ngerti seluk beluk armada, secara baik hingga terawat dan mulus.

Tapi ini...

Bukan hanya goresan, bahkan bodinya pun penyok disana-sini. Joknya tak hanya penuh peta kepulauan dan tetesan hitam bekas oli, tapi juga robek dan tercabik dibeberapa bagian. Begitupun dengan kompartementnya, yang biasa terisi minuman dan makan ringan, tapi justru penuh dengan lap kotor, kunci, baut dan sperpart bekas. Jadi jangan berharap ada AC dingin mengisi kabin, sebaliknya kepulan asap rokok akan senantiasa menghiasi isi kabin.

Tapi it's okay, ini armada tempur kita, mari meluncur.....   

Ternyata armada ini cukup kuat untuk melintasi jalan tanah yang terjal dan mendaki membelah hutan Kalimantan. Sesekali armada ini harus turun melintasi sungai tanpa jembatan. Perjalanan yang cukup menyenangkan, hingga sore harinya kami tiba di Desa Long Tuvu.

Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Long Nyapa, tempat kami akan melakukan riset. Dengan dipandu beberapa masyarakat local, kami mulai bergerak sejak pagi buta, agar tidak terlambat dan kemalaman sampai ditujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun