Mohon tunggu...
Fredirikus Ladi
Fredirikus Ladi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Timor Ekspres Kupang

Wartawan Harian Timor Ekspres Kupang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Perempuan pada Bisnis Kecantikan

27 Januari 2021   10:23 Diperbarui: 27 Januari 2021   10:46 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
deviantart.com/azurecorsair

Perempuan selalu akan identik dengan kecantikan sebagai simbol kekayaan diri yang alamiah yang dianugerahkan oleh Tuhan Yanga Ma Esa. Kecantikan yang dimiliki oleh seorang perempuan bisa saja diperoleh secara cuma-cuma karena warisan genetika oleh orangtua. Faktor genetika sangat mempengaruhi seseorang agar memiliki paras yang menawan.

Coba amati anak yang dilahirkan oleh orangtua yang berasal dari perkawinan yang berbeda karakteristik wilayah dan berbeda genetika, tentu akan memiliki perawakan yang berbeda. Perkawinan persilangan hybridization atau crossing dalam istilah biologi adalah perkawinan yang berbeda genetik untuk menghasilkan gabungan sifat dari orangtua atau rekombinasi gen-gen pada keturunanya.

Bahkan dalam guyonan tertentu orang mengatakan mungkin benar jika menikahi seorang bule dapat memperbaiki keturunan. Karena faktanya perkawinan gadis Bajawa - NTT yang memiliki perawakan keriting, warna kulit sawo matang, setelah dinikahi laki-laki keturunan Australia yang tinggi, mancung dan putih ternyata menghasilkan keturunan yang perawakan lebih cantik, tinggi dan memiliki kemampuan skill kognitif yang lebih baik.

Pertanyaannya apakah kecantikan bisa dibeli dan apakah bisa kita memperoleh kecantikan melalui perawatan tubuh? Pertanyaan ini tentu mengundang sikap skeptis terhadap orang lain yang mendambakan alat kosmetik sebagai sarana menuju kecantikan. 

Menurut peneliti dari University of Edinburgh yang melakukan analisis rekam medis dan informasi genetic dari 350.000 partisipan lebih. Dari sekian banyak partisipan tersebut, peneliti berupaya mencari adakah di antara mereka yang memiliki salinan gen identik dari kedua orangtuanya, fakta menunjukkan hampir tidak ada yang memiliki kesamaan genetika.

Fakta penelitian menyatakan bahwa perkawinan beda genetika akan menghasilkan anak yang perawakan lebih cantik dan memiliki kemampuan skill kognitif yang lebih baik. Sehingga apakah kecantikan bisa dibeli atau tidak, saya kemudian berpendapat bahwa kecantikan hanya bisa di peroleh karena faktor alamiah.

Lalu gugatan saya adalah, apakah perlu perempuan membeli sejumlah alat kecantikan untuk mendapatkan predikat glowing? tentu jawabannya harus melalui diskursus yang Panjang. Namun pada level ini saya mau mengatakan bahwa sebenarnya perempuan yang lebih banyak melakukan aktivitas glowing tanpa mereka sadari sedang dijajah oleh perusahaan-perusahaan kecantikan dan mereka belum merdeka. Mereka masih terjajah oleh produk-produk kecantikan dan dieksploitasi perempuan secara terbuka pada ruang-ruang publik.

Perempuan akhirnya menjadi pusat eksploitasi secara gratis, mereka dijual pada ruang publiK atas nama bisnis kecantikan. Perempuan menjadi sangat murah di ruang public karena mempertontonkan bibir, mata, wajah, paha, belahan dada dan bokong untuk menawarkan sejumlah produk kecantikan. Perempuan menjadi kehilangan identitas sebagai orang yang beragama yang mesti patuh dan menaati norma-norma agama dan norma-norma di dalam masyarakat yang berbudaya.

Pada ruang-ruang privat kecantikan sangat dibutuhkan untuk kesenangan keluarga primer yaitu suami dan anak-anak. Kecantikan tidak boleh diperjual belikan pada ruang-ruang public karena perempuan akan lebih banyak mendapatkan pelecehan seksual. Perempuan dan anak-anak akan lebih banyak di eksploitasi dan diperdagangkan.

Dalam perspektif sosiologis dapat dianalisis menggunakan teori penyimpangan yaitu konsep sosialisasi dan konsep anomi. Teori sosialisasi menyebutkan bahwa penyimpangan perilaku adalah hasil dari suatu belajar sosial yang artinya bahwa di dalam masyarakat selalu ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh segenap anggota masyarakat untuk bertingkah laku.

Ketika pada ruang public perempuan bertingkah laku seperti memperontonkan bagian organ tubuhnya, maka perempuan sedang diperdagangkan secara gratis di media-media sosial. Diperdagangkan dalam konsep dieksploitasi di media sosial itu merupakan penjualan perempuan dalam perspektif penyimpangan sosial di media sosial. Isu mengenai eksploitasi perempuan secara komersial sudah menjadi perhatian dunia dengan dilaksanakan kongres menentang eksploitasi perempuan  secara seksual di Stockholm Swedia pada tahun 1996. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun