Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Internet : Antara Kebebasan dan Kebablasan

22 Desember 2016   18:46 Diperbarui: 22 Desember 2016   21:07 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah pengakuan Prof. Nadirsyah Hosen seorang pengurus cabang istimewa NU (Nadhlatul Ulama) di Australia serta Dosen tetap di Monash University Faculty of Law di Australia, lewat akun twitternya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Indonesia memang dalam tahap kritis soal sebar-menyebar berita hoax. Aplikasi Instant Messaging seperti WhatsApp, Line, dsb serta media sosial seperti twitter, facebook, dsb merupakan senjata andalan para penyebar hoax. Tak pernah dipaksa, pun tak dibayar, pengguna internet awam seperti terhipnotis dan dengan mudahnya memforward artikel-artikel yang belum jelas kebenarannya tersebut.

Pengalaman yang mengesalkan dan paling membuat saya dongkol adalah ketika saya mempertanyakan kredibilitas artikel tak jelas yg disebarkan teman saya lewat group Whatsapp yg saya ikuti dan teman saya hanya menjawab, “Gak tau. Dapet dari temen.”. Jawaban yg sangat enteng sekaligus tak bertanggung jawab. Menyebarkan sesuatu atau isu yg sebenarnya anda sendiri tidak tahu dan ternyata berita tersebut hoax adalah sama dengan anda menyebarkan kebodohan kepada teman atau keluarga atau siapapun yg menerima berita hoax tersebut.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Disinilah kelemahan Indonesia, berita hoax terutama yg berbau hatred amat mudah tersebar. Politik adu domba atau devide et impera ala Belanda adalah salah satu kesuksesan Belanda menemukan titik terlemah bangsa Indonesia serta peninggalan Belanda yg masih bersisa hingga hari ini. Marilah secara jernih kita melihat apa yg terjadi belakangan ini pada bangsa kita tercinta. Akibat ulah-ulah jahil lewat tulisan tak bertanggung jawab, ketakutan yg harusnya tidak perlu ada menjadi ketakukan semu. Ketakutan yg seakan-akan ada.

Saya mengajak anda sekalian para pembaca sebagai pengguna internet yg masih mampu berpikir rasional untuk tidak mudah terpancing artikel-artikel yg tak jelas isi dan data validnya bahkan tak jelas siapa pembuatnya. Hentikanlah aksi-aksi memalukan seperti isu vaksinasi, botol Equil, tuduhan terhadap relawan kubu tertentu padahal ternyata orang yg dituduh adalah orang yg berbeda (terus terang ini memalukan tetapi cukup lucu), mengkomunis-komuniskan orang tertentu (bahkan presiden!) dan sebagainya.

Entah anda mau bilang itu adalah hal yg bodoh, tetapi kita tidak bisa menyangkali bahwa ada ribuan orang yg menekan tombol like dan share ke berandanya masing-masing. Saya hanya mengingatkan jika anda tidak suka atau punya pendapat yg berbeda dengan orang lain tentang sesuatu, janganlah membuat argumen mengada-ada lewat artikel tertentu atau setidaknya, jangan turut menyebarkannya. Berikut beberapa artikel tambahan tentang jaringan penyebar berita hoax demi meraup untung.

CNN Indonesia - Penyebar berita hoax Indonesia bisa raup Rp700 jutaan 

 Tekno Kompas - Situs Penyebar Hoax di Indonesia

Akhir paragraf dari saya, kebebasan termasuk dalam berpendapat bukan berarti bisa melakukan segala sesuatu sebebas-bebasnya. Kebebasan artinya melakukan segala sesuatu tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak tertentu dan yg lebih penting tidak mengganggu atau merugikan orang lain. Kebebasan akan berubah menjadi kebablasan apabila kita tidak memperhatikan track yang tepat saat melakukan kebebasan.

Pengguna Internet adalah gerbang terakhir yang menentukan apakah sebuah artikel layak dikonsumsi publik (disebarkan) atau tidak. Apabila kita semua bisa menggunakan internet, masakan kita tak mampu menggunakan “otak” kita sendiri (dalam berinternet)?

*di atas hanya sebagian KECIL hoax yg dapat saya rangkumkan disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun