Pada musim seperti ini hujan kerap mengguyur.Â
Pagi, siang dan malam atap alang mendesir jadi teman yang selalu setia mendampingi saat tinta-tinta pena merintih mengurai kata pada helai kertas kusam.Â
Canda kepulan asap lisong beraroma renyah menggiringku ke sebuah persimpangan dimana busur bianglala nampak jelas terlihat dalam segelas kopi tinggal setengah.
Kucumbui malam tepat di bawah rinai gerimis, mengusap angan pada deraian air yang menetes dari dedaunan cemara.
Rembulan enggan hadir menjenguk bangku ini lagi, seakan ikut tenggelam dalam hempasan raga yang gusar.
Sebelum malam usai, kucoba titipkan harapan pada mimpi
Setidaknya saat ini kau kutemui pada pelangi malam, walaupun aku sadar bukan saatmu untuk nampakkan diri dan menjelma menjadi nyata
By: bsfrans hamid. Rtg,28/2/'16