Akhirnya, kita harus ingat bahwa menjadi manusia berarti mampu berempati, menghargai batas, dan melihat orang lain bukan sebagai cermin pencapaian kita, tetapi sebagai pribadi yang utuh dan merdeka. Anak-anak seperti Aldi dan Anfil bukanlah simbol yang bisa dipakai untuk menyampaikan pesan kebijakan. Mereka adalah manusia yang layak dicintai tanpa syarat, dihormati dalam diamnya, dan dibela dalam keberaniannya untuk menjadi diri sendiri.
Inilah saatnya kita berhenti menuntut orang lain tampil sempurna demi memenuhi ekspektasi kita. Kita perlu belajar bahwa diam bisa bermakna, dan bahwa cinta yang sejati tidak pernah memaksa. Jika kita benar-benar ingin menjadi masyarakat yang inklusif, maka kita harus mulai dengan satu hal yang paling sederhana tapi paling penting: memperlakukan semua orang—apa pun kondisinya—dengan hormat, kelembutan, dan kemanusiaan yang tulus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI