Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menampung Air Hujan Cara Sederhana Menghadapi Krisis Air Bersih

17 Agustus 2025   12:00 Diperbarui: 17 Agustus 2025   10:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan.(SHUTTERSTOCK/AUTSAWIN UTTISIN)

Mengapa menampung air hujan layak diperjuangkan? Jawabannya bukan sekadar soal hemat biaya. Menampung air adalah bentuk investasi, baik secara sosial maupun ekologis.

Secara sosial, kebiasaan menampung air hujan bisa membangun kemandirian masyarakat. Bayangkan jika setiap rumah di perkotaan memiliki sistem penampungan air sederhana. Ketika PDAM mengalami gangguan atau krisis air melanda, keluarga tidak langsung panik karena punya cadangan. Kebiasaan ini juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap pasokan air dari luar.

Dari sisi ekologis, menampung air hujan membantu menjaga keseimbangan lingkungan. Air hujan yang ditampung akan mengurangi aliran deras ke saluran drainase, sehingga risiko banjir berkurang. Selain itu, air yang ditampung bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga tekanan terhadap air tanah berkurang. Kita tahu bahwa pengambilan air tanah secara berlebihan adalah salah satu penyebab turunnya muka tanah dan rob di pesisir. Jadi, dengan menampung air hujan, kita juga sedang menyelamatkan ekosistem.

Lebih jauh lagi, kebiasaan ini bisa menjadi gaya hidup baru yang lebih berkelanjutan. Sama seperti penggunaan energi terbarukan, menampung hujan bisa dianggap sebagai energi air terbarukan di tingkat rumah tangga. Ini bukan hanya soal solusi praktis, tetapi juga simbol bahwa kita peduli dengan masa depan.

Tantangan dan Peluang di Depan Mata

Tentu tidak bisa dipungkiri, membangun kebiasaan menampung air hujan punya tantangan. Dari sisi teknis, diperlukan infrastruktur sederhana seperti talang, saringan, dan tangki penyimpanan. Bagi sebagian keluarga, terutama yang berpenghasilan rendah, biaya awal untuk membeli tangki bisa terasa berat.

Selain itu, ada tantangan budaya. Banyak orang masih beranggapan bahwa air hujan tidak layak digunakan, atau hanya cocok untuk menyiram tanaman. Pandangan ini harus diubah dengan edukasi yang tepat, bahwa air hujan bisa menjadi cadangan berharga asalkan ditangani dengan benar.

Di sisi lain, peluang terbuka lebar. Pemerintah bisa memasukkan kebijakan penampungan air hujan dalam program pembangunan perumahan. Industri properti bisa menawarkan rumah dengan sistem penampungan air hujan sebagai nilai tambah. Sekolah dan kampus bisa menjadikan penampungan air hujan sebagai bagian dari kurikulum lingkungan hidup. Bahkan, startup bisa lahir dari ide ini, menyediakan produk tangki inovatif dengan harga terjangkau.

Kita bisa melihat menampung air hujan bukan hanya sebagai solusi kecil di tingkat rumah tangga, tetapi juga sebagai peluang besar untuk menggerakkan ekonomi baru berbasis keberlanjutan.

Menjadikan Hujan Bagian dari Gaya Hidup

Pada akhirnya, menampung air hujan bukan sekadar urusan teknis, tetapi soal pola pikir. Jika kita bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap hujan, maka menampung air bisa menjadi gaya hidup baru yang keren, sama seperti mengurangi plastik sekali pakai atau menggunakan transportasi ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun