Yang juga penting adalah edukasi. Banyak masyarakat pesisir yang melakukan praktik merusak karena tidak tahu dampaknya. Program edukasi berbasis komunitas dan kolaborasi dengan nelayan lokal terbukti berhasil di beberapa wilayah. Salah satu contohnya adalah program "Adopt a Coral" di Bali, di mana wisatawan bisa mendanai penanaman karang dan ikut memeliharanya. Konservasi bisa jadi aktivitas produktif dan membangun koneksi emosional antara manusia dan laut.
Konservasi juga bukan hanya soal ekologi. Ini juga soal identitas. Indonesia dikenal dunia karena lautnya, bukan gedung pencakar langitnya. Menjaga karang sama artinya dengan menjaga citra dan jati diri bangsa sebagai negara bahari. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?
Penutup
Selama ini kita melihat laut sebagai sumber daya yang bisa diambil, dikuras, dan dieksploitasi. Kini saatnya mengubah paradigma itu. Laut bukan sekadar sumber ekonomi, tapi juga penyedia kehidupan, penjaga keseimbangan iklim, dan laboratorium masa depan yang menyimpan misteri tak terhitung jumlahnya.
Terumbu karang adalah fondasi dari semua itu. Tanpa karang, laut tak akan bisa menopang kehidupan seperti sekarang. Dan tanpa laut, kehidupan manusia akan kehilangan banyak hal, bahkan mungkin tidak bisa bertahan.
Jangan tunggu sampai semuanya hilang baru kita bergerak. Konservasi karang bukan soal melestarikan batu berwarna di dasar laut ini tentang menyelamatkan rumah bersama yang selama ini diam-diam menjaga kita dari balik gelombang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI