Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyelamatkan Karang Rumah Bawah Laut yang Hampir Lenyap!

6 Juni 2025   19:00 Diperbarui: 6 Juni 2025   18:28 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terumbu karang.(UNSPLASH/QUI NGUYEN)

Hal yang jarang dibahas adalah potensi luar biasa terumbu karang dalam bidang kesehatan dan farmasi. Penelitian selama dua dekade terakhir menunjukkan bahwa banyak spesies laut yang hidup di sekitar karang memproduksi senyawa bioaktif. Senyawa ini memiliki sifat antibakteri, antivirus, hingga antikanker.

Salah satu contoh menarik adalah senyawa yang dihasilkan oleh spons laut yang hidup di antara karang, yang menjadi bahan dasar cytarabine, obat untuk leukemia dan limfoma. Selain itu, ilmuwan kini tengah mengembangkan antivirus dari organisme karang lunak yang berpotensi menghambat pertumbuhan virus HIV dan herpes.

Sayangnya, eksplorasi ini terhambat karena degradasi habitat. Semakin sedikit terumbu karang yang tersisa, semakin kecil kemungkinan kita menemukan obat-obatan revolusioner dari laut. Ini bukan sekadar kehilangan ekosistem, tapi kehilangan masa depan sains dan kesehatan manusia.

Kerusakan Terumbu Karang Ulah Kita Sendiri

Kerusakan karang memang bisa terjadi secara alami, tapi mayoritas saat ini disebabkan oleh manusia. Salah satu yang paling merusak adalah praktik penangkapan ikan dengan bom atau racun sianida. Selain itu, limbah plastik, pencemaran air, serta pembangunan wisata tanpa memperhatikan ekosistem ikut mempercepat kehancuran karang.

Laporan LIPI menyebutkan bahwa hanya sekitar 6 persen terumbu karang di Indonesia yang masih berada dalam kondisi sangat baik. Ini angka yang mengkhawatirkan mengingat kita adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Fenomena pemutihan karang global juga memperburuk situasi. Di tahun-tahun ekstrem seperti 2016 dan 2020, lautan mengalami gelombang panas (marine heatwave) yang menyebabkan karang memutih di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ini bukan lagi peringatan, tapi bukti nyata bahwa krisis iklim bukan sekadar wacana.

Yang lebih menyedihkan, banyak wisatawan yang tanpa sadar ikut merusak karang saat snorkeling atau diving. Menginjak karang, memegangnya untuk selfie, atau menggunakan sunblock berbahan kimia berbahaya semua itu menyumbang pada kerusakan yang sering tidak terlihat secara langsung, tapi berdampak jangka panjang.

Konservasi Karang Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban

Berbicara tentang konservasi, banyak orang mengira ini tugas pemerintah atau LSM. Padahal, semua pihak punya peran. Kamu, saya, pelaku industri pariwisata, nelayan, bahkan anak sekolah, bisa jadi agen konservasi karang.

Langkah sederhananya bisa dimulai dari memilih sunblock ramah karang, tidak membuang sampah ke laut, hingga mendukung produk perikanan berkelanjutan. Pemerintah juga harus lebih tegas menindak pengebom ikan dan memperkuat perlindungan kawasan konservasi laut. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa taman nasional laut seperti Wakatobi, Bunaken, dan Komodo yang bisa dijadikan model konservasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun