Studi terbaru dari Universitas Indonesia tahun 2024 menemukan korelasi yang signifikan antara penggunaan layanan kredit digital dan tingkat kecemasan finansial di kalangan pekerja muda. Penelitian itu menyebutkan bahwa pengguna aktif paylater cenderung mengalami penurunan kualitas tidur, produktivitas kerja, dan meningkatnya perasaan bersalah atau malu.
Masalah ini diperparah oleh fakta bahwa tekanan sosial di media sosial mendorong orang untuk terus tampil "bahagia" dan "berhasil". Mereka merasa malu mengakui bahwa mereka sedang kesulitan, sehingga memilih untuk terus menumpuk cicilan agar bisa tetap "nampak oke" di mata orang lain.
Ini menciptakan lingkaran setan psikologis yang sangat berbahaya. Ketika finansial goyah, mental pun ikut runtuh. Namun karena tidak terlihat secara kasat mata, masalah ini sering kali terabaikan.
Membangun Kesadaran Baru Literasi FinansialÂ
Meningkatkan literasi keuangan tidak cukup hanya dengan mengajarkan soal bunga, cicilan, dan tabungan. Kita perlu pendekatan yang lebih holistik yang menyentuh aspek emosional dan sosial dari keuangan pribadi.
Anak muda perlu diajak berdiskusi tentang pentingnya delayed gratification, atau kemampuan menunda kesenangan demi tujuan jangka panjang. Mereka juga perlu diberi ruang untuk mengakui bahwa tidak semua hal harus dibeli saat ini juga, dan bahwa tidak mengikuti tren bukan berarti gagal dalam hidup.
Media, influencer, dan konten edukatif juga punya peran besar dalam mengubah cara pandang publik. Mereka harus lebih jujur dalam menyampaikan realita keuangan, bukan hanya menampilkan gaya hidup mewah yang penuh ilusi.
Pemerintah dan penyedia layanan paylater harus bekerjasama dalam membuat kebijakan yang melindungi konsumen, seperti pembatasan bunga yang wajar, edukasi yang mudah dipahami, dan transparansi biaya yang tidak menyesatkan.
Namun yang terpenting, perubahan harus datang dari dalam diri sendiri. Kita harus belajar kembali membedakan antara kebutuhan dan keinginan, antara kenyamanan jangka pendek dan kestabilan jangka panjang. Karena pada akhirnya, yang kita perjuangkan bukan hanya soal beli barang, tapi tentang hidup yang tenang dan merdeka secara finansial.
Penutup
Paylater bisa jadi alat bantu keuangan yang berguna, asalkan kamu memegang kendali. Masalahnya bukan pada teknologinya, tapi pada bagaimana kita menggunakannya. Ketika kita mulai sadar bahwa hidup tidak harus selalu tampil sempurna, dan bahwa kesuksesan sejati tidak bisa dicicil, saat itulah kita benar-benar bebas.