Jika kita ingin benar-benar membangun ekosistem pendidikan yang ramah, maka kita harus berhenti mengontrol dan mulai memberdayakan. Ini adalah perubahan paradigma yang paling mendasar. Pendidikan bukan tentang menjinakkan anak-anak agar patuh dan rapi, tapi tentang membantu mereka menemukan kekuatan dan jalan hidupnya sendiri.
Sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa motivasi intrinsik yakni motivasi yang datang dari dalam diri siswa lebih kuat daripada motivasi ekstrinsik seperti nilai atau hadiah. Tapi sistem pendidikan kita masih sangat bergantung pada reward and punishment. Lulus UN? Dapat pujian. Nilai jelek? Dimarahi. Padahal, ketika siswa merasa dipercaya dan diberi ruang, mereka cenderung berkembang lebih baik.
Begitu juga dengan guru. Jangan terus-menerus dikontrol dengan supervisi sepihak, evaluasi kaku, dan sistem penilaian yang hanya fokus pada dokumen. Guru harus diberi kepercayaan untuk bereksperimen, mencoba pendekatan baru, dan mengevaluasi dirinya sendiri secara reflektif. Dunia pendidikan bukan dunia pabrik. Ia butuh fleksibilitas, bukan sistem produksi massal.
Kita sudah terlalu lama menempatkan pendidikan sebagai proyek nasional, bukan sebagai proses sosial. Padahal, perubahan besar hanya bisa dimulai dari perubahan kecil dari ruang kelas ke ruang kelas, dari satu guru ke guru lain, dari satu sekolah ke seluruh ekosistem. Dan semua itu bisa dimulai hari ini, jika kita mau menggeser cara pandang kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI