Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Makna Tuguran pada Kamis Putih?

17 April 2025   17:27 Diperbarui: 17 April 2025   16:30 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi apa itu tuguran kamis putih   Sumber: pixabay.com/angelinebauer 

Malam itu hening. Tak banyak yang berkata-kata. Di sudut gereja, beberapa orang duduk diam, ada yang berdoa dalam hati, ada pula yang meneteskan air mata. Mereka sedang melakukan tuguran tradisi yang mungkin bagi sebagian orang terdengar asing, tapi sesungguhnya mengandung makna spiritual yang dalam.

Kamis Putih bukan sekadar hari dalam kalender gereja. Ini adalah momen yang menyimpan makna emosional, historis, dan teologis yang tak ternilai. Dan di tengah peringatan Perjamuan Terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya, ada satu bagian yang sering terlewatkan namun justru sangat menyentuh yaitu tuguran.

Apa itu tuguran? Mengapa penting? Dan bagaimana relevansinya di zaman sekarang, ketika dunia serba cepat dan manusia makin jarang menyentuh keheningan? Mari kita menyelaminya lebih dalam.

Tuguran Sebuah Jembatan Emosional antara Masa Lalu dan Masa Kini

Tuguran bukanlah ritual kosong yang hanya diulang dari tahun ke tahun tanpa arti. Ia lahir dari momen yang sangat manusiawi dalam kehidupan Yesus saat Ia berada dalam tekanan batin yang luar biasa di Taman Getsemani. Bayangkan ini malam sebelum pengkhianatan, Yesus tahu bahwa penderitaan besar akan segera datang. Ia tahu akan disalib. Dalam ketakutan dan kesedihan, Ia meminta tiga murid terdekat-Nya Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk berjaga dan menemani-Nya berdoa. Tapi, apa yang terjadi? Mereka malah tertidur.

Di titik inilah tuguran menjadi simbol. Bukan hanya tentang berjaga secara fisik, tetapi tentang hadir secara utuh. Tuguran mengajak kamu untuk menjadi murid yang tidak tertidur. Menjadi seseorang yang bisa tetap sadar, penuh empati, dan bersedia menemani dalam penderitaan baik penderitaan Kristus maupun sesama manusia hari ini.

Melalui tuguran, Kamis Putih menjadi lebih dari sekadar seremoni. Ia membuka ruang untuk menghadirkan kembali kemanusiaan Kristus dalam kehidupan nyata. Dan di sinilah maknanya menjadi sangat relevan untuk siapa pun yang pernah merasa sendiri, terluka, atau tak dipahami.

Kehadiran yang Penuh Makna di Tengah Keheningan Malam

Tuguran dilakukan dalam diam. Tidak ada kebisingan, tidak ada hiruk-pikuk. Dalam tradisinya, tuguran biasanya dimulai setelah misa Kamis Putih selesai, di mana Sakramen Mahakudus diarak dan disemayamkan di altar khusus. Umat kemudian bergantian berjaga dan berdoa secara pribadi di hadapan Sakramen tersebut.

Namun, jangan bayangkan suasananya kaku atau membosankan. Justru dalam keheningan itulah terletak kekuatannya. Ketika kata-kata tak lagi cukup untuk mengungkapkan doa dan rasa, keheningan menjadi bahasa spiritual yang paling dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun