Tidak ada hubungan yang sempurna. Setiap pasangan pasti akan menghadapi tantangan, entah itu perbedaan pendapat, kesalahpahaman, atau situasi sulit yang menguji ketahanan emosional keduanya. Namun, ada satu faktor utama yang membedakan hubungan yang bahagia dengan hubungan yang penuh konflik: seberapa besar pengertian dan dukungan yang diberikan oleh masing-masing pasangan.
Bayangkan dua orang yang menjalani kehidupan bersama, tetapi tidak benar-benar memahami satu sama lain. Setiap keputusan yang diambil terasa seperti medan perang, dan setiap emosi yang muncul sering kali diabaikan atau dianggap sepele. Dalam kondisi seperti ini, kebahagiaan dalam hubungan bisa terasa jauh dari jangkauan.
Sebaliknya, hubungan yang didasarkan pada pengertian dan dukungan akan menciptakan rasa aman dan nyaman. Ketika seseorang merasa dipahami oleh pasangannya, mereka akan lebih terbuka dalam mengekspresikan diri, lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, dan lebih kuat menghadapi tantangan hidup.
Namun, membangun hubungan seperti ini tidak bisa terjadi secara instan. Dibutuhkan usaha bersama, komunikasi yang jujur, dan kesediaan untuk memahami pasangan tanpa ego yang menghalangi.
Mengapa Banyak Pasangan Gagal Menjadi Pengertian dan Supportif?
Salah satu penyebab utama kegagalan dalam hubungan adalah kurangnya komunikasi efektif. Banyak pasangan mengira bahwa pasangannya akan otomatis memahami apa yang mereka rasakan tanpa perlu dijelaskan. Akibatnya, ketika ekspektasi tidak terpenuhi, muncul rasa kecewa dan frustasi.
Sebagai contoh, seorang istri yang merasa lelah setelah seharian mengurus rumah dan anak mungkin berharap suaminya akan menyadari hal itu dan membantunya. Namun, jika suami tidak terbiasa membaca ekspresi emosional atau memahami beban yang ditanggung istrinya, ia mungkin menganggap semuanya baik-baik saja dan tetap fokus pada aktivitasnya sendiri.
Situasi seperti ini sering kali tidak disadari dan terus berulang hingga akhirnya salah satu pihak merasa tidak dihargai atau diabaikan.
Selain komunikasi yang kurang efektif, ego dan rasa superioritas juga menjadi hambatan besar dalam membangun hubungan yang pengertian. Banyak orang merasa bahwa cara pandang mereka adalah yang paling benar, sehingga sulit bagi mereka untuk melihat sesuatu dari sudut pandang pasangan.
Sebagai contoh, seorang pria yang selalu mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengan pasangannya mungkin berpikir bahwa ia hanya ingin menjadi pemimpin yang baik. Namun, bagi pasangannya, sikap seperti ini bisa terasa mengabaikan dan menyingkirkan perannya dalam hubungan.
Untuk menciptakan hubungan yang sehat, diperlukan kesadaran untuk mengesampingkan ego dan memahami bahwa pasangan adalah rekan dalam hidup, bukan pesaing atau bawahan yang harus mengikuti keinginan satu pihak saja.
Menjadi Pasangan yang Lebih Pengertian
Menjadi pengertian bukan sekadar tentang berkata, "Aku mengerti perasaanmu," tetapi tentang bagaimana sikap dan tindakan kita mencerminkan pemahaman yang mendalam terhadap pasangan.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman terhadap pasangan adalah melatih empati. Empati bukan hanya tentang merasa kasihan ketika pasangan sedang mengalami kesulitan, tetapi benar-benar berusaha memahami apa yang dirasakannya dari perspektif mereka.
Misalnya, ketika pasangan sedang mengalami stres karena pekerjaan, seseorang yang empatik tidak akan langsung menyalahkan atau menganggap pasangannya sedang "sensitif berlebihan". Sebaliknya, ia akan mencoba untuk memahami tekanan yang sedang dialami pasangannya dan mencari cara untuk membantu atau sekadar menjadi tempat berkeluh kesah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. John Gottman, seorang pakar hubungan dari The Gottman Institute, pasangan yang memiliki tingkat empati tinggi cenderung lebih bahagia dan memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi. Ia menemukan bahwa salah satu indikator utama keberhasilan hubungan jangka panjang adalah kemampuan pasangan untuk merespons kebutuhan emosional satu sama lain dengan empati dan pengertian.
Namun, empati saja tidak cukup jika tidak didukung dengan komunikasi yang baik. Banyak orang yang sebenarnya memiliki niat baik untuk mendukung pasangannya, tetapi mereka tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya dengan tepat.
Sebagai contoh, seorang wanita yang ingin mendukung suaminya mungkin berpikir bahwa memberikan saran adalah cara terbaik untuk membantu. Namun, jika suaminya hanya ingin didengar tanpa diberikan solusi, maka niat baik tersebut bisa disalahartikan sebagai kritik atau tekanan tambahan.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk menanyakan langsung kepada pasangan tentang cara terbaik untuk mendukung mereka. Jangan berasumsi bahwa apa yang kita anggap sebagai dukungan juga dirasakan demikian oleh pasangan.
Dukungan dalam Hubungan Lebih dari Sekadar Kata-Kata
Dukungan dalam hubungan tidak selalu harus berupa kata-kata penyemangat. Terkadang, dukungan yang paling berarti justru datang dalam bentuk tindakan kecil yang menunjukkan kepedulian.
Seorang pria yang mengingat tanggal penting dalam hubungan dan menyempatkan diri untuk memberikan kejutan sederhana, misalnya, menunjukkan bahwa ia peduli terhadap pasangannya. Seorang wanita yang memahami bahwa pasangannya membutuhkan ruang setelah hari yang melelahkan dan memberinya waktu untuk menyendiri, juga menunjukkan bentuk dukungan yang nyata.
Dukungan emosional juga bisa ditunjukkan melalui kehadiran fisik dan mental. Dalam era digital seperti sekarang, banyak pasangan yang secara fisik berada di satu ruangan yang sama, tetapi pikiran mereka teralihkan oleh gadget atau pekerjaan. Ketika seseorang berbicara kepada pasangannya, tetapi pasangannya lebih sibuk melihat layar ponselnya, hal ini bisa memberikan kesan bahwa ia tidak benar-benar didengarkan.
Oleh karena itu, menunjukkan bahwa kita hadir sepenuhnya ketika bersama pasangan, dengan memberikan perhatian penuh dan menghindari gangguan, adalah salah satu bentuk dukungan yang paling berarti.
Mengapa Hubungan yang Supportif Lebih Bahagia dan Tahan Lama?
Pasangan yang saling mendukung dan memahami satu sama lain memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi dibandingkan pasangan yang sering mengalami konflik akibat kurangnya pengertian.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, pasangan yang saling mendukung dalam berbagai aspek kehidupan baik itu emosional, finansial, atau mental memiliki hubungan yang lebih stabil dan lebih kecil kemungkinannya untuk berpisah.
Selain itu, hubungan yang supportif juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan fisik. Stres dalam hubungan dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, bahkan penyakit jantung. Sebaliknya, hubungan yang sehat dapat menurunkan kadar stres, meningkatkan kebahagiaan, dan memberikan rasa aman yang mendalam.
Ketika seseorang tahu bahwa ia memiliki pasangan yang selalu ada untuk mendukungnya, dunia terasa lebih ringan. Masalah yang sebelumnya terasa besar menjadi lebih mudah dihadapi karena ada seseorang yang bersedia berbagi beban.
Kesimpulan
Membangun hubungan yang lebih pengertian dan supportif bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam. Dibutuhkan kesadaran, komunikasi yang baik, serta kesediaan untuk saling mendukung dalam setiap aspek kehidupan.
Hubungan yang sehat bukan hanya tentang memiliki seseorang yang mencintai kita, tetapi tentang memiliki seseorang yang memahami, mendukung, dan mau berusaha untuk tumbuh bersama.
Ketika pengertian dan dukungan menjadi landasan dalam hubungan, maka cinta yang ada akan semakin kuat dan bertahan dalam jangka panjang. Tidak peduli seberapa besar tantangan yang dihadapi, pasangan yang saling memahami akan selalu menemukan cara untuk tetap bersama dan melewati segalanya dengan tangan yang tetap tergenggam erat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI