Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dana Desa Tidak Transparan dan Kurangnya Pengawasan

21 Februari 2025   09:00 Diperbarui: 21 Februari 2025   09:00 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaji, rupiah(Shutterstock)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang seharusnya menjadi pengawas internal, sering kali tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menjalankan tugasnya. Lebih parah lagi, dalam banyak kasus, anggota BPD memiliki hubungan dekat dengan kepala desa sehingga pengawasan menjadi tidak objektif. Alih-alih menjalankan tugasnya sebagai pengawas, mereka justru ikut menikmati aliran dana desa secara tidak sah.

Selain itu, lemahnya sistem audit dari pemerintah juga berperan dalam memperparah situasi ini. Audit dana desa yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sering kali hanya bersifat administratif tanpa turun langsung ke lapangan untuk memastikan apakah anggaran benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini membuat banyak kasus penyalahgunaan dana desa tidak terdeteksi hingga bertahun-tahun.

Di sisi lain, masyarakat desa yang mencoba mengkritisi penggunaan dana desa sering kali mendapat intimidasi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa warga yang berani berbicara justru diancam, dikucilkan, atau bahkan dikriminalisasi dengan tuduhan yang tidak berdasar. Akibatnya, masyarakat menjadi takut untuk mengawasi dan lebih memilih diam meskipun melihat kejanggalan dalam pengelolaan dana desa.

Dampak Nyata dari Penyalahgunaan Dana Desa

Dampak dari kurangnya transparansi dan pengawasan dalam pengelolaan dana desa sangat nyata dan merugikan banyak pihak. Beberapa konsekuensi dari penyalahgunaan dana desa antara lain:

  1. Pembangunan Desa yang Tidak Optimal
    Banyak desa yang masih tertinggal meskipun telah menerima dana desa dalam jumlah besar. Infrastruktur yang seharusnya dibangun seperti jalan, jembatan, dan irigasi tetap dalam kondisi buruk karena dana yang dialokasikan tidak digunakan sebagaimana mestinya.

  2. Peningkatan Kasus Korupsi di Tingkat Desa
    Menurut data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kasus korupsi dana desa meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Banyak kepala desa yang akhirnya ditangkap setelah terbukti menyalahgunakan dana desa untuk kepentingan pribadi.

  3. Ketimpangan Sosial dan Ketidakpercayaan Masyarakat
    Penyalahgunaan dana desa juga menimbulkan ketimpangan sosial di masyarakat. Sebagian kecil orang yang memiliki akses terhadap anggaran menikmati keuntungan, sementara mayoritas warga tetap hidup dalam kondisi sulit. Hal ini juga berkontribusi terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa.

  4. Kurangnya Keberlanjutan Program Desa
    Jika dana desa terus dikelola dengan cara yang tidak transparan dan tanpa pengawasan ketat, maka program-program yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tidak akan berkelanjutan. Alih-alih menciptakan desa yang mandiri dan maju, desa-desa justru semakin terpuruk akibat penyalahgunaan anggaran.

Solusi untuk Meningkatkan Transparansi dan Pengawasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun