Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pekerja Kantoran Lebih Berisiko Obesitas?

13 Februari 2025   16:07 Diperbarui: 13 Februari 2025   17:05 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obesitas atau kelebihan berat bada.(Shutterstock/Fuss Sergey)

Tak hanya itu, budaya ngemil di kantor juga berkontribusi besar terhadap peningkatan berat badan. Banyak pekerja kantoran yang menjadikan camilan sebagai pelarian dari stres atau sekadar untuk mengusir rasa bosan. Sayangnya, camilan yang dikonsumsi sering kali berupa makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana, seperti biskuit, cokelat, atau keripik. Kandungan gula yang tinggi dalam makanan ini dapat meningkatkan lonjakan kadar glukosa darah secara cepat, tetapi juga menyebabkan rasa lapar datang lebih cepat.

Dampak Psikologis dan Stres terhadap Berat Badan

Stres di lingkungan kerja juga memainkan peran besar dalam peningkatan risiko obesitas. Tekanan kerja yang tinggi, tenggat waktu yang ketat, serta ekspektasi dari atasan sering kali membuat seseorang mengalami stres berkepanjangan.

Ketika stres, tubuh melepaskan hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Kortisol memiliki efek langsung terhadap peningkatan nafsu makan, terutama terhadap makanan yang kaya akan gula dan lemak. Ini merupakan respons biologis alami tubuh, karena makanan tinggi kalori dianggap dapat memberikan efek menenangkan secara instan.

Selain itu, stres juga dapat mengganggu pola tidur. Pekerja yang sering mengalami tekanan di kantor cenderung tidur lebih sedikit atau memiliki kualitas tidur yang buruk. Kurang tidur sendiri telah terbukti secara ilmiah sebagai faktor yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Obesity menemukan bahwa individu yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko obesitas 55% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidur cukup.

Gangguan tidur menyebabkan ketidakseimbangan hormon leptin dan ghrelin, yang berperan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang. Saat tubuh kurang tidur, kadar ghrelin (hormon yang memicu rasa lapar) meningkat, sementara kadar leptin (hormon yang memberi sinyal kenyang) menurun. Akibatnya, seseorang cenderung makan lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh.

Solusi dan Upaya Pencegahan

Meskipun tantangan dalam menjaga berat badan bagi pekerja kantoran sangat nyata, bukan berarti tidak ada solusi yang dapat diterapkan. Salah satu langkah utama yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik meskipun memiliki pekerjaan yang mengharuskan duduk dalam waktu lama.

Sederhana saja, misalnya dengan mulai membiasakan diri untuk berdiri atau berjalan sebentar setiap 15--30 menit. Beberapa perusahaan bahkan telah mulai mengadopsi konsep standing desk untuk memungkinkan karyawan bekerja sambil berdiri, yang terbukti dapat meningkatkan pembakaran kalori dan mengurangi risiko penyakit metabolik.

Selain itu, memilih makanan dengan bijak juga sangat penting. Mengurangi konsumsi makanan olahan dan menggantinya dengan makanan segar yang lebih bergizi adalah langkah terbaik. Membawa bekal dari rumah juga dapat menjadi solusi efektif untuk mengontrol asupan kalori harian.

Manajemen stres juga menjadi kunci dalam mengurangi risiko obesitas. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar berjalan santai setelah bekerja dapat membantu mengendalikan kadar kortisol dalam tubuh. Tidur yang cukup dan berkualitas juga harus menjadi prioritas utama, mengingat dampaknya yang besar terhadap keseimbangan hormon dan metabolisme tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun