Di tingkat nasional, tingginya angka penderita TBC juga menjadi beban ekonomi bagi pemerintah. Biaya pengobatan, kampanye pencegahan, serta hilangnya produktivitas tenaga kerja akibat penyakit ini menyebabkan negara mengalami kerugian yang tidak sedikit. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI, Indonesia kehilangan triliunan rupiah setiap tahunnya akibat dampak ekonomi dari TBC.
Bisakah TBC Dicegah dan Dikendalikan?
Kabar baiknya, TBC adalah penyakit yang bisa dicegah dan disembuhkan. Salah satu langkah utama dalam pencegahan adalah vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Gurin), yang diberikan pada bayi untuk melindungi mereka dari bentuk TBC yang lebih berat seperti TBC meningitis.
Namun, vaksinasi saja tidak cukup. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini. Jika seseorang mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu, demam, keringat malam, dan penurunan berat badan drastis, mereka seharusnya segera melakukan tes dahak di fasilitas kesehatan terdekat.
Selain itu, pola hidup sehat juga berperan besar dalam mencegah TBC. Sistem kekebalan tubuh yang kuat dapat membantu tubuh melawan infeksi sebelum bakteri berkembang menjadi penyakit aktif. Konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, olahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Bagi mereka yang sudah terdiagnosis TBC, kepatuhan dalam menjalani pengobatan sangatlah penting. Pengobatan TBC biasanya berlangsung selama enam bulan atau lebih, tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Banyak pasien merasa sudah sembuh setelah beberapa minggu mengonsumsi obat, padahal bakteri dalam tubuh mereka belum sepenuhnya hilang. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya, bukan hanya penyakitnya yang bisa kambuh, tetapi juga berisiko memicu TBC kebal obat yang jauh lebih sulit diatasi.
Kesimpulan
TBC bukanlah penyakit yang bisa diabaikan. Ini bukan sekadar "penyakit orang miskin" atau "penyakit kuno" yang tidak relevan lagi di zaman modern. Faktanya, siapa pun bisa terkena TBC termasuk kamu, keluargamu, atau orang-orang terdekatmu.
TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, dan tulang, yang membuatnya semakin berbahaya. Dampaknya tidak hanya terasa pada kesehatan individu, tetapi juga pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Namun, meskipun TBC adalah penyakit yang mematikan, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Dengan deteksi dini, pengobatan yang tepat, pola hidup sehat, dan kepedulian bersama, TBC bisa dikendalikan dan bahkan diberantas sepenuhnya.
Kamu tidak perlu menjadi tenaga medis atau pakar kesehatan untuk ikut berkontribusi dalam melawan TBC. Cukup dengan meningkatkan kesadaran, mengedukasi orang-orang di sekitarmu, serta tidak mengabaikan gejala-gejala awal penyakit ini, kamu sudah mengambil langkah besar dalam membantu menghentikan penyebarannya.