Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memikirkan Kembali Ritual Tolak Bala Suku Dayak

1 September 2021   05:39 Diperbarui: 2 September 2021   02:45 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Dayak sedang melaksanakan ritual adat tolak bala. Sumber: pontianak.tribunnews.com

Salah seorang rekan lalu mengirimkannya lewat kolom komentar. Rasa penasaran dan ingin tahu saya pun terobati setelah melihat video tersebut. Akan tetapi, ada satu hal yang masih mengganggu hati dan pikiran saya. 

Saya kaget dan merasa tidak percaya dengan apa yang saya dengar ketika di dalam doa permohonan/mantra, pemimpin ritual memohon agar virus korona jangan sampai masuk ke kampung mereka, tapi cukup di tempat lain saja.

Video tersebut tidak saya simpan karena berpikir kalau suatu saat hendak melihatnya lagi, tinggal membuka link yang telah dikirim oleh rekan tersebut.

Lalu, suatu kali saya pun berniat ingin melihat video itu kembali. Saya pun membuka akun FB lalu mengklik link yang pernah dikirim oleh rekan saya tersebut. Saya kaget karena video itu tidak bisa diakses lagi. Saya hanya menemukan kalimat berikut: "This video has been removed for violating Youtube's Community Guidline." 

Artinya, video tersebut telah melanggar Syarat & Ketentuan yang ditetapkan oleh Youtube. Karena itulah ia dihapus. Saya tidak tahu pada bagian mana dari video tersebut yang dikategorikan sebagai bentuk pelannggaraan.

Saya hanya menduga kalau pelanggaran itu terletak pada kata-kata yang diucapkan oleh si pemimpin ritual saat menyampaikan doa permohonan/mantra. Mungkin, sekali lagi mungkin, dalam pandangan pihak Youtube, ada beberapa kata yang mengandung ujaran kebencian (hate speach).

Dugaan saya tersebut kemungkinan besar keliru. Namun terlepas dari konten pelaksanaan ritual tolak bala itu melanggar S & K YouTube atau tidak, rasanya berat untuk menerima ketika orang mendoakan keselamatan seluruh warga kampungnya, namun pada saat yang sama meminta agar wabah dan bencana menimpa saudara-saudari yang ada di tempat lain.

Peristiwa kedua bersumber dari diskusi para gembala umat (pastor) yang bertugas melayani di Keuskupan Sintang.

Suatu kali salah seorang rekan pastor membagikan di grup perpesanan foto pelaksanaan ritual tolak bala di paroki tempat ia bertugas. Sebagai seorang pastor yang berasal dari luar pulau Kalimantan, rekan pastor tersebut rupanya sedang mengalami kegalauan setelah menyaksikan ritual adat tolak bala yang dilangsungkan di wilayah parokinya.

Masalah utama yang menjadi sumber kegalauan dan kegelisahan rekan pastor tersebut ialah soal kepada siapa  doa/mantra dalam ritual tolak bala itu ditujukan. 

Bahwa doa mohon perlindungan yang disampaikan selama ritual ditujukan kepada Jubata/Petara, bukan kepada Allah yang mahakuasa, dalam pandangan rekan pastor tersebut sebagai sikap menduakan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun