Mohon tunggu...
Merista .K
Merista .K Mohon Tunggu... -

Sedang menerapkan prinsip menghindari kebiasaan yang buruk yang bisa mematikan kebiasaan yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ndesonya Jokowi

6 Mei 2014   18:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalo bepergian, bapak itu kok kalah mentereng dengan yang lain ya ? pakai saja pak iring iringan mobil PJR dan bodyguard bapak, biar kita tau kalau ada pejabat aduhai pentingnya yang lagi lewat, walau cuma mampir ngisi pulsa atau mbeli nasi rawon ( tapi kudu bayar loh pak !! ), biar macet pun rapopo, asal kita tau yang di mobil itu orang penting, terus kenapa bapak enggak naik pesawat mahal aja sih kalo bolak balik Solo ? kan kalo kita kita kebetulan lihat bapak naik kelas ekonomi itu tengsin banget loh pak, moso capres duduk nya di samping rakyat jelata ? kalo naik kelas eksekutip kan at least, lebih ekslusip gitu looohhh..

Cara ngomong bapak juga janganlah se-ndeso itu, kalo ditanyak wartawan, pakai istilah canggih dong, selipkan bahasa inggris atau bahasa tamil sesekali *eh. Biar kita yang lihat dari tipi tau kalau bapak juga gak kalah canggih nya dengan yang lainnya. Tapi jangan pakai bahasa Vickinisasi pak, bisa puyeng iki kepala, ora ngerti iku maksudnya. Hahahaha..

Saya membayangkan, jika kritik soal gaya ini saya omongkan ke pak Jokowi sambil sesekali mencubit pipi kurus nya dengan gemes, mungkin akan dijawab pak Jokowi

” aku rapopo la, mbak. Mau nunggang kuda silahkan, mau pake helikopter silahkan, mau peluk boneka silahkan, mau janji janji silahkan, mau puisi puisi an silahkan, aku yang penting kerja kerja dan kerja “
Oalah pak…

***

Ketika banyak pemimpin yang begitu sibuk di puncak kekuasaan, dan merasa akan menjadi kotor baju nya jika disentuh oleh banyak tangan tangan rakyat jelata, saya merindukan seorang sosok pemimpin yang berasal dari bawah, yang mempunyai senyum yang menular, yang bisa menularkan kebaikannya kepada orang lain, yang bekerja sampai tangan nya kotor, baju nya lecek, sepatu nya basah, atau badan nya bau karena turun ke selokan, dan di penghujung hari, Ia tetap menjadi rakyat walau sudah mendapat label “Presiden Negara Republik Indonesia “


[caption id="attachment_334953" align="alignnone" width="630" caption="source : kompas.com"]

13993510451450266467
13993510451450266467
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun