"Bangun Desa, Bangun Indonesia. Desa Terdepan untuk Indonesia."
Slogan yang menghiasi halaman depan Panduan Pemuda Pelopor Desa Tahun 2025 ini bukan sekadar hiasan kata. Ia adalah panggilan zaman bagi generasi muda desa: bahwa desa bukan hanya tempat tinggal, tapi medan juang. Dan pemuda bukan hanya pewaris, tapi penggerak perubahan.
Desa Butuh Pemuda, Bukan Sekadar Penduduk Muda
Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) telah meluncurkan Panduan Pemuda Pelopor Desa (PPD) Tahun 2025. Inisiatif ini bukanlah lomba biasa. Ia adalah panggung untuk mencari dan menemukan pemuda-pemudi dari desa yang tak sekadar punya ide, tapi mampu mewujudkan ide itu jadi kenyataan.
Lomba ini memanggil pemuda berusia 16--30 tahun, yang telah menginisiasi perubahan di desanya dalam lima bidang:
Kewirausahaan
Seni dan Budaya
Ekonomi Digital
-
Lingkungan
-
Sosial Kemasyarakatan
Dari Desa, Untuk Desa
Kekuatan utama panduan ini adalah pengakuan bahwa pembangunan desa tak cukup hanya dari atas ke bawah. Ia harus datang dari bawah---dari akar rumput---dan siapa lagi kalau bukan para pemuda desa yang mengambil peran itu.
Bukan sembarang partisipasi, tapi partisipasi yang:
Punya dampak nyata,
Menginspirasi sesama,
Berkelanjutan dalam waktu panjang.
Penilaian lomba ini tidak hanya soal presentasi yang memukau, tapi juga berdasarkan:
Integritas kepribadian,
Kepemimpinan dan kreativitas,
Keuletan dalam proses perubahan, dan
Dampak positif yang ditimbulkan di masyarakat.
Nilai tertinggi justru diberikan pada dampak sosial ekonomi. Ini menunjukkan bahwa lomba ini bukanlah kontes proposal, tetapi pengakuan atas kerja-kerja nyata.
Pemuda dan BUMDesa: Kolaborasi Strategis
BUMDesa bukan sekadar badan usaha. Ia adalah simbol kedaulatan ekonomi desa. Namun selama ini, belum banyak pemuda yang duduk di barisan pengambil keputusan atau inovator dalam struktur BUMDesa.
Lomba Pemuda Pelopor Desa bisa jadi jalan masuk strategis. Pemuda yang punya usaha inovatif, berbasis potensi lokal, dan punya dampak ekonomi sangat relevan untuk diintegrasikan dalam unit-unit usaha BUMDesa.
BUMDesa membutuhkan tenaga muda yang tak hanya tangguh, tapi juga adaptif terhadap perubahan pasar. Sebaliknya, pemuda juga butuh kendaraan kelembagaan untuk menumbuhkan usahanya lebih besar. Di titik ini, sinergi pemuda dan BUMDesa adalah keniscayaan.
Pemuda dan BUMDesa Bersama: Melebihi Skala Lokal
Di atas BUMDesa, kini hadir BUMDesa Bersama. Sebuah badan usaha lintas desa yang memungkinkan kolaborasi ekonomi antardesa dalam satu kecamatan atau wilayah. Ada BUMDesa Bersama LKd. yang dahulu adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK) PNPM-Mandiri Perdesaan. Ada pula BUMDesa Bersama yang dibentuk oleh dua atau lebih desa yang berbasis potensi desa maupun perdesaan.
Apa peluang pemuda di sini? Banyak sekali peluangnya bagi pemuda desa. Pemuda bisa menjadi pengelola unit usaha kolektif, fasilitator logistik bersama, inovator pemasaran produk antar desa, atau pelatih digitalisasi untuk pengurus-pengurus desa yang belum melek teknologi.
Pemuda yang masuk sebagai pelopor dalam BUMDesa Bersama tak hanya jadi aktor lokal, tetapi bagian dari arsitek ekonomi kawasan. Ini langkah penting untuk mendobrak skala ekonomi desa-desa kecil yang selama ini tertinggal.
Pemuda dan Ketahanan Pangan: Kembali ke Sawah, Tapi Beda Gaya
Di tengah ancaman krisis pangan global dan degradasi lahan pertanian, banyak pemuda menjauh dari sawah. Tapi, lomba ini bisa membalikkan arah itu. Lahan pertanian bukan sekadar tempat bertani, tapi bisa jadi laboratorium inovasi sosial.
Pemuda bisa masuk sebagai:
Pelopor pertanian organik,
Pengembang sistem pertanian cerdas berbasis IoT,
Pengelola logistik pangan lokal,
atau penggerak koperasi produsen petani muda.
Ketahanan pangan bukan hanya soal beras di meja makan. Tapi soal keberanian generasi muda desa untuk kembali bertani dengan cara baru, dengan semangat baru, dan dengan tujuan baru yakni membangun kedaulatan pangan dari desa.
Pemuda dan Koperasi Desa Merah Putih: Gotong Royong yang Diperbarui
Saat ini, seluruh desa di Nusantara sedang bergerak untuk mendirikan Koperasi Desa Merah Putih. Tentu kita masih ingat semangat Koperasi Desa Merah Putih? Gerakan yang digagas pemerintah untuk menumbuhkan koperasi berbasis solidaritas dan produksi. Di sinilah peran pemuda bisa semakin konkret.
Melalui lomba ini, pemuda bisa memulai usaha kolektif kecil berbasis komunitas:
Kelompok pengolah hasil tani,
Komunitas digital marketing produk desa,
Unit jasa angkutan hasil panen,
Atau bahkan koperasi pemuda pelopor.
Koperasi bukan soal simpan pinjam semata. Koperasi adalah cara untuk memperkuat ekonomi gotong royong. Dan jika itu digerakkan oleh pemuda, maka kita sedang menanam benih untuk masa depan desa yang mandiri dan solid.
Catatan Akhir: Mari Jadikan Ini Gerakan Nasional
Mari kita dorong agar panduan ini tak hanya berhenti di meja panitia dan ruang sidang dewan juri. Tapi masuk ke balai desa, ke ruang kelas karang taruna, ke forum musyawarah pemuda, dan ke ruang-ruang pertemuan informal anak muda di desa.
Karena ketika satu pemuda desa bergerak, mungkin belum cukup. Tapi ketika ratusan pemuda pelopor desa bangkit serentak, maka sejarah pun bisa ditulis ulang dari desa.
Tagar: #PemudaPeloporDesa #DesaBangkit #Kepeloporan #PembangunanDesa #BUMDesa #KoperasiMerahPutih #KetahananPangan #KompasianaDesa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI