Mohon tunggu...
Fotarisman Zaluchu
Fotarisman Zaluchu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Sumatera Utara

Suka Menulis Tentang Apa Saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Tak Ada Matinya

14 Desember 2017   17:50 Diperbarui: 14 Desember 2017   17:52 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hanya berselang sesudah Setya Novanto disidangkan perdana sebagai terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP, Partai Golkar segera bersidang. Dan hasilnya, Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, terpilih secara aklamasi menggantikan Setya Novanto.

Dari sisi ini, Partai Golkar memang sangat hebat.

Hebatnya?

Pertama, mereka tidak bergantung pada figur. Hampir semua parpol di Indonesia sangat bergantung pada figur Ketua Umum. Ketua Umum adalah sentral kegiatan organisasi. Tanpa Ketua Umum, organisasi memang mandeg. Namun Golkar jauh lebih hebat. Hanya dalam 2,5 jam sesudah sidang perdana itu, mereka langsung mendapatkan Ketua Umum baru. Parpol mana yang seperti itu? Golkar tidak perlu mencari figur-figur yang dipersepsikan akan membawa partai jadi lebih baik atau jadi lebih sukses. Tidak ada kamus itu di Partai Golkar. Kesuksesan pemimpin amat bergantung pada kerja keras dan kerja keras, karena itu yang dipilih bukan figurnya tetapi kerjanya.  

Kedua, partai Golkar tidak melakukan kultus individu. Ketika PDI-P  masih identik dengan Mega, SBY dengan Demokrat, Gerindra dengan Prabowo, partai Golkar sukses melengserkan Setya Novanto tanpa ragu-ragu. Mereka yang menjadi kader Golkar langsung menjadikan sosok baru, Airlangga Hartarto sebagai nakhoda baru, tanpa lagi terikat pada kiprah Novanto selama ini. Tidak ada ewuh pakewuh yang membuat keengganan. Regulasi organisasi dijalankan dengan baik, tanpa terbebani oleh sang mantan. Partai Golkar langsung move on. 

Ketiga, partai Golkar sukses melakukan konsolidasi. Hampir tidak ada riak. Ketiakpuasan mungkin saja ada. Sesaat sebelumnya nama Azies Syamsuddin disebut-sebut bersamaan dengan nama Titiek Soeharto. Tetapi kelihatannya meski ada riak, menyongsong Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 telah mendorong seluruh perbedaan mencair. 

Tantangan Partai Golkar berikutnya adalah mengembalikan nama mereka ke arena politik. Hasil survei lembaga survei telah menempatkan mereka ke dalam parpol papan tengah yang kalah populer dari PDI-P dan Gerindra. Partai Golkar harus bisa bekerja keras untuk membuktikan jika nama Setya Novanto telah berlalu dan sekarang mereka memiliki komandan baru bernama Airlangga Hartarto. 

Di pola peralihan yang mulus dan sangat mudah ini, kita patut acungkan jempol kepada Partai Golkar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun