Mohon tunggu...
Lensa Indonesia
Lensa Indonesia Mohon Tunggu... Jurnalis Warga

Jurnalis Warga untuk memberitakan yang benar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Rekor MURI dan Realita Ekologi di IKN

11 Oktober 2025   15:24 Diperbarui: 11 Oktober 2025   15:24 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NUSANTARA --- Capaian membanggakan kembali diraih Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). Pada Jumat (10/10/2025), Museum Rekor Indonesia (MURI) resmi mencatat kegiatan penanaman kopi Liberika oleh peserta terbanyak di Indonesia, yang berlangsung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sanggai, kawasan Ibu Kota Nusantara.

Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 1.486 peserta dari berbagai kalangan, termasuk ASN OIKN, PMI Kaltim, pelajar SMKN Penajam Paser Utara, mahasiswa Universitas Mulawarman, komunitas petani kopi Liberika Sepaku, kelompok wanita tani, serta pelaku usaha di sekitar IKN.

Sebanyak 1.010 bibit kopi Liberika ditanam sebagai simbol tanggal 10/10, dan kegiatan tersebut menjadi bagian dari komitmen IKN untuk mewujudkan konsep Smart Forest City. Penghargaan MURI diserahkan langsung oleh Wakil Direktur Utama MURI, Osmar Semesta Susilo, kepada Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono.

Melalui Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LHSDA), OIKN menjelaskan bahwa kegiatan ini juga bertujuan memperkenalkan kopi Liberika sebagai ikon ekonomi hijau baru Kalimantan Timur. Dalam rencana jangka panjang, pengembangan tanaman kopi ini ditargetkan mencapai 2.000 hektare lahan, meskipun saat ini baru 17 hektare yang produktif.

Di tengah semangat penghijauan tersebut, muncul pandangan reflektif dari kreator konten asal Kalimantan Timur, Dian Rana (@dianrana.id), yang selama ini aktif mendokumentasikan perkembangan IKN. Dalam unggahan Instagram berjudul "Antara Rekor MURI dan Realita Ekologi", ia menulis:

"Menanam kopi di sela pohon eukaliptus memang terlihat hijau, tapi secara ekologi tidak sesederhana itu.
Menurut kajian FAO dan penelitian Zhang et al., eukaliptus dikenal memiliki efek allelopati --- zat kimia yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman lain dan menyerap air tanah dalam jumlah besar.
Jadi kalaupun niatnya baik, proses rehabilitasi tanah tetap harus diperhatikan. Jangan sampai hijau di foto tapi gersang di bawah tanah."

Pernyataan itu menyoroti realitas ekologis yang sering luput dalam kegiatan penanaman massal. Pohon eukaliptus, yang masih mendominasi sebagian kawasan IKN sebagai warisan dari hutan tanaman industri, memang dikenal memiliki daya serap air tinggi dan efek allelopatik yang bisa memengaruhi pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.

Dengan demikian, meskipun langkah OIKN untuk menggabungkan konsep ekonomi hijau dan penghijauan patut diapresiasi, pendekatan rehabilitasi ekologi tetap menjadi faktor penting dalam memastikan keberlanjutan jangka panjang. Tujuan mulia menjadikan IKN sebagai Smart Forest City akan lebih kuat jika keseimbangan antara aspek simbolik dan aspek ilmiah lingkungan berjalan beriringan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun