Mohon tunggu...
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musisi

Citizen Journalism - Coding - Musician: Composer, Digital Music Production, Producer, Audio Engineer, Sound Designer, Arranger, Video Editor, UI/UX Designer, Content Creator, Social Media Marketing, Cinematographer at Channel youtube.com/FLEMMO

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Moderasi Beragama Melalui Musik, Mengapa Tidak?

25 September 2021   05:29 Diperbarui: 25 September 2021   07:00 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfath, Musisi Muda  Indonesia Delegasi UNESCO Summer Camp IMUN Virtual Conference pada 19-25 Juli 2021 di Maryland, Amerika Serikat (Dok. pribadi)

"Kalau sudah besar nanti kakek akan memberimu mata kuliah 7 Macam Kepribadian. Dari tatapan matamu, kakek dapat melihat bahwa kamu adalah anak yang pintar. Tapi kamu harus pergi ke sekolah agar bisa belajar bersosialisasi dan toleransi", wasiat sang 'Kritikus Sastra' julukan kakek Mukhsin Ahmadi waktu itu kepada saya.

Saya, Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa (18) merupakan siswa MAN 1 Jombang, Jawa Timur. Saat ini saya duduk di kelas XII Bahasa, Sastra, dan Budaya. Nama panggilan saya Alfath, artinya kemenangan. Passion saya pada seni musik tampak ketika usia lima tahun. Darah seni berasal dari keluarga ibu. Saat itu, saya mulai menyukai mainan drumset, gitar plastik, dan juga suka menirukan irama musik.

Kakek mengenalkan saya pada berbagai budaya dan cerita tentang perjalanannya ke Amerika Serikat. Beliau merupakan dosen di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP Malang. Kampus itu kini berubah nama menjadi Universitas Negeri Malang. Ia mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia, Filsafat Ketuhanan, dan Ilmu Budaya Dasar.

Baca Juga: MaharsyAlfath, Pelajar MAN 1 Jombang Soroti Peran Generasi Muda di Konferensi Asia World

Nama beliau Mukhsin Ahmadi, (almarhum, 2009). Ia dikenal sebagai kritikus sastra, dan seniman. Kerap disapa Pak Mukhsin oleh para sahabat terdekatnya, di antaranya budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan almarhum penyair WS. Rendra.

Saya teringat ketika usia 5 tahun. Kakek memberi wasiat kepada saya tentang 'Tujuh Macam Kepribadian'. Ternyata ada pada buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, 1989. Buku ini sangat populer saat kakek di Amerika. Saya membaca versi terjemahan, "Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif". Buku ini menjadi pembakar semangat hidup saya.

Di waktu yang sama tahun 1988-1989, kakek sedang mengikuti program Refresher C di University of Houston, Texas, Amerika Serikat. Selama di Houston, beliau punya tiga karya buku berjudul Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia, Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, serta Penyusunan dan Pengembangan Paragraf. Ketiga buku inilah yang membekali saya untuk mengembangkan keterampilan menulis.

Baca Juga: Story Telling, Inspirasi Moderasi Beragama Melalui Musik di Era Pandemi

Menurut saya, pedoman terpenting dalam kehidupan manusia yaitu nilai-nilai ketuhanan (habluminallah) dan kemanusiaan (habluminannas). Nilai ketuhanan sebagai wujud dari hubungan antara manusia (creation) dengan Tuhannya (creator). Selaras dengan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan nilai-nilai kemanusiaan terkandung dalam sila kedua hingga kelima.

Terkait wasiat kakek, di bagian akhir Seven Habits, Sharpen the Saw; Growth, manusia hendaknya mempertajam nilai spiritual. Saya meyakini bahwa memegang nilai ketuhanan dapat memperoleh kekuatan, perlindungan, dan kemudahan dari Tuhan. Sedangkan pada nilai kemanusiaan, orang tua dan sekolah mengajarkan kebajikan, kasih sayang, dan sopan santun. Moralitas ini telah memengaruhi sikap dan kepribadian saya dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Seringkali saya berpikir betapa hampanya dunia ini tanpa kanak-kanak, dan betapa tak manusiawinya dunia tanpa orang dewasa. Sejatinya, wasiat kakek merupakan nasihat kepada saya supaya rajin bersekolah. 

Ketika itu, saya masih taman kanak-kanak. Saya sering absen, tidak masuk sekolah. Kebiasaan 'bolos' sekolah berlanjut hingga SMP, hingga langganan dipanggil ke ruang bimbingan konseling. Kendati demikian, saya mengganti pengorbanan itu dengan kegiatan positif lainnya. Saya mengeksplor hobi bermusik secara serius dan fokus.

Ceritanya, sejak kecil saya suka bermain game action dan game musik. Saya masih teringat ketika asyik bermain game musik di ponsel milik ibu. Waktu itu banyak lagu tema game beraliran orchestra. Saya masih menghafalnya hingga sekarang. Kemudian ketika kelas empat SD, saya mulai menyukai bermain drum virtual untuk lagu metal. Inilah awal yang mengubah kesukaan saya pada musik menjadi hobi.

Awal SMP, saya mulai menyalurkan hobi bermusik. Di usia itu, saya belajar audio-video digital secara otodidak melalui channel YouTube. Saya mengasah kreativitas dengan menggubah lagu menggunakan software Digital Audio Workstation (DAW), FL Studio. Genre favorit saya adalah jazz dan orchestra.

Baca Juga: Komposer Flemmo Rilis Lagu "Tarian Capung" di Ajang Kontes Kita Cinta Lagu Anak

Pandemi COVID-19 bukanlah halangan untuk terus berkreasi. Selama di MAN 1 Jombang, saya menjadi ketua ekstrakurikuler musik. Saya membuat puisi musikal, tampil di acara musik ulang tahun sekolah, dan acara lainnya. Saya menggunakan nama Flemmo, artinya roda berjalan. Kegiatan favorit saya yaitu mengomposisi musik digital, teknik audio, dan penyuntingan film. Album saya Flemmo, "The Beginning of Us" (2020) dan "Dynamic" (2021) tersedia di platform streaming utama: Spotify, Apple Music, Amazon, YouTube, dan platform lainnya.

Di komunitas global, saya menjadi bagian dari Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) sejak 2020. Saya mengadakan acara musik dan diskusi dengan para pemuda bertajuk "Musisi, Agen Perubahan di Masyarakat" di perayaan YSEALI ke-7. 

Kemudian pada 2021, saya mempromosikan perdamaian melalui musik di kegiatan UNESCO Summer Camp IMUN Virtual Conference 2021 di Maryland, Amerika Serikat. Sedangkan di Program Yale Young Global Scholars (YYGS) 2021, saya mengomposisi lagu "Awareness". Lagu ini menceritakan tentang semangat kebersamaan, toleransi, dan kesadaran menjaga kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Alfath, Siswa MAN 1 Jombang Duta Indonesia di Ajang UNESCO Center for Peace IMUN

Alhamdulillah, momentum luar biasa ketika sekolah memercayai saya untuk menjadi Duta Harmoni Madrasah 2021. Saya memaksimalkan potensi bakat melalui penguatan karakter moderasi beragama. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah intoleransi, radikalisme, ekstremisme demi menjaga kerukunan antar umat beragama bagi siswa di lingkungan sekolah.

Menurut saya, Duta Harmoni sebagai wadah dan gerakan moderasi beragama merupakan jalan tengah antara dua kelompok ekstrem; liberalis dan konservatif dalam memahami agama. Moderasi beragama merupakan esensi dalam agama Islam, yaitu Islam moderat. Sebuah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa.

Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa, peserta didik MAN 1 Jombang bertemu dengan Direktur KSKK Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Umar, MA pada 7 April 2021 
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa, peserta didik MAN 1 Jombang bertemu dengan Direktur KSKK Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Umar, MA pada 7 April 2021 

Saya teringat pertemuan saya dengan Dr. H. Ahmad Umar, MA di kantor Kemenag RI di Jakarta pada 7 April 2021 lalu. Saya memanggilnya dengan sapaan Profesor Umar. Beliau penggagas 'Madrasah Hebat Bermartabat, dan Berkelas Dunia', mantan Direktur KSKK Kemenag RI. Prof Umar berpesan kepada saya bahwa generasi muda harus tangguh inovatif kreatif mandiri.

"Jadilah generasi cerdas dan santun dalam menyikapi dinamika kehidupan", pesan Prof Umar, Bapak Madrasah Indonesia kepada saya.

Saya semakin yakin bahwa peran musisi muda menjadi penting dalam mendukung moderasi beragama. Melalui musik, seseorang bisa memiliki peran untuk memengaruhi moral, emosi, sikap, dan perilaku dalam konteks moderasi beragama. Musisi dapat memanfaatkan lagu dan kegiatan musikal sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moderasi beragama.

Dalam pandangan saya, moderasi beragama terkait dengan inti kehidupan, yaitu dinamika dan harmoni. Inilah yang menginspirasi saya untuk menggubah lagu dengan menyisipkan nilai-nilai kehidupan dan kemanusian, beraliran Instrumental Orchestra berjudul "Dynamic". 

Lagu Dynamic mengisyaratkan bahwa hidup harus penuh semangat dan energi agar dapat bergerak cepat (dynamic), mudah menyesuaikan diri (adaptive), dan selaras (harmonic) dengan dinamika kehidupan. Saya merilisnya bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2021 lalu.

Baca Juga: Flemmo Komposer Musik Digital Indonesia Masuk Top 12 Startup di Kompetisi

Sebagai musisi, memaksimalkan potensi dan bakat sudah menjadi suatu keharusan. Harapannya, peran saya sebagai musisi bisa memobilisasi semua kalangan, meneguhkan wawasan kebangsaan sesuai nilai-nilai Pancasila, dan berdampak positif pada menguatnya sikap toleransi dan moderat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah kunci dari kemajuan sebuah bangsa. *Alfath.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun