Mohon tunggu...
FKIP PCU
FKIP PCU Mohon Tunggu... Guru - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Petra Christian University

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UK Petra menempa calon-calon guru Kristen sebagai ujung tombak dunia pendidikan, memperlengkapi setiap individu dengan kemampuan pedagogik untuk membimbing dan mengajar generasi era digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Pertanyaan "Belajar Apa Tadi di Sekolah?" kepada Perilaku Anak PAUD

13 Februari 2024   13:22 Diperbarui: 13 Februari 2024   13:27 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ivy Mary Lin-G12220002

Pernahkah terpikirkan oleh Anda dampak yang akan dialami anak ketika pertanyaan ini  diajukan setelah pulang dari sekolah? Mungkin pertanyaan tadi adalah pertanyaan template atau  ditanyakan secara otomatis kepada anak yang baru pulang sekolah dan masuk ke dalam pintu  mobil atau rumah. Namun ternyata, pertanyaan ini adalah sebuah bentuk stimulus yang diberikan  oleh orang tua atau pengasuh kepada seorang anak. Walaupun ini adalah pertanyaan yang diberikan  secara tidak sadar atau otomatis, ternyata ada dampak kepada perilaku seorang anak dalam  memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan. Dalam artikel ini, penulis akan membahas  dan melihat pertanyaan ini dengan cara pandang psikologi Kristen yang mencakup teori psikologi  dan juga Firman Tuhan.  

Untuk dasar, ada beberapa kosakata yang perlu diketahui oleh para pembaca. Yang pertama  adalah stimulus. Stimulus adalah sebuah hal eksternal yang terjadi sehingga berdampak kepada  respon dari sebuah individu (Anon n.d.) Kemudian ada juga respon yang berarti, reaksi seseorang  terhadap hal eksternal atau stimulus yang diterima. (Muhamad et al. 2019). Selain itu kita akan  melihat beberapa kosakata mengenai memori, khususnya working memory. Maka sekarang kita  bisa mulai mengupas mengapa pertanyaan tersebut bisa memberikan dampak kepada perilaku  seorang anak.  

Menurut Ivan Pavlov, perilaku manusia dapat dijelaskan melalui pembentukan asosiasi  antara stimulus dan respon. Ia menekankan bahwa respon yang dipelajari dapat terbentuk melalui  asosiasi yang kuat antara stimulus yang baru dan yang ada sebelumnya. Dalam konteks pertanyaan  "Belajar apa tadi di sekolah?", respon anak mungkin terkait dengan stimulus verbal yang  mengingatkan mereka pada pengalaman belajar di sekolah. Dengan memberikan pertanyaan ini  sebenarnya kita sedang melakukan classical conditioning yang ada dalam teori behaviorisme  Pavlov kepada anak-anak. Menurut Haslinda dan Ikom 2019, classical conditioning merupakan  metode pembelajaran yang secara natural menggunakan stimulus yang tepat untuk menerima  respon yang diharapkan. 

Dengan memberikan pertanyaan ini sebenarnya kita sebagai pengasuh sedang memberikan  stimulus dan membangun perilaku dalam diri anak untuk mengingat kembali apa yang ia pelajari  di sekolah. Jika melakukannya secara rutin, maka kita juga melakukan proses classical  conditioning. Membuat anak punya kesadaran untuk bercerita sepulang sekolah saat masuk mobil  atau rumah dan berbicara kepada pengasuh. Mereka bisa menceritakan hari mereka di sekolah  tanpa perlu kita ingatkan lagi karena sudah menjadi kebiasaan. 

Selain membangun kebiasaan dalam diri anak untuk bercerita, kita sedang membantu  perkembangan kognitif mereka melalui sistem pengambilan memori. Memori sendiri adalah  kapasitas kognitif seseorang untuk menyimpan pengalaman yang ia alami (Musdalifah 2019).  Kejadian yang mereka hadapi selama di sekolah menjadi sebuah stimulus yang mereka terima dan  rekam. Sensory memory adalah memori awal yang merekam setiap hal dengan jangka waktu yang  singkat, kemudian diolah oleh otak untuk masuk ke dalam short-term memory (Rokan and Rambe  2021). Ada sebuah proses kognitif yang berjalan dalam otak mereka sehingga stimulus ini bisa  menjadi rangsangan untuk anak kembali mengingat apa yang mereka lakukan selama di sekolah.  

Maka dampak baik apakah yang dapat anda, sebagai pengasuh terima jika memberikan  pertanyaan ini kepada anak? Menurut Juniarti 2018, cara agar kemampuan seorang anak dapat optimal, pengasuh dan lingkungan sekitar berperan besar untuk memberikan stimulus-stimulus  yang tepat sesuai kebutuhan sang anak. Maka, sebagai pengasuh, kita sedang membantu anak  menjadi lebih aktif dalam bercerita dan berkembang secara kognitif, social-emosional dan masih  banyak lagi. Mereka dilatih secara memori dan juga bahasa, sehingga ada proses mereka berusaha  menyampaikan apa yang diingat dan dipikirkan.  

Mereka mungkin akan menyampaikan perasaan mereka saja seperti senang, sedih, atau  kesal. Dari situ sebagai pengasuh kita bisa menggali lebih dalam lagi tentang apa yang terjadi dan  membantu mereka kembali mengingat kejadian-kejadian yang terjadi sehingga mereka merasakan  perasaan tersebut. Ini bisa disebut sebagai perkembangan social-emosional mereka.  Perkembangan sosial berfokus kepada bagaimana seorang individu berinteraksi dengan orang lain, 

sedangkan perkembangan emosi berfokus kepada bagaimana seorang individu menyampaikan dan  mengelola perasaan yang ia rasakan baik melalui kata-kata atau perilaku (Penulis et al. 2023). Keterampilan ini penting untuk dimiliki oleh para anak usia dini. Karena keterampilan ini adalah  dasar yang penting bagi anak untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan sosial emosional mereka yang akan berdampak kepada diri mereka saat dewasa (Pendidikan et al. n.d.) Dari cara pandang Firman Tuhan, tentu menjadi tugas orang tua untuk mendidik anaknya.  Mendidik seorang anak bukan hanya sekedar menjadi tanggung jawab orang tua, dalam sebuah  rumah tangga, tetapi mandat yang Allah berikan secara langsung kepada para orang tua (Agama,  Negeri, and Raya 2022). Dan di Alkitab juga tertulis jelas dalam kitab Ulangan 6 : 7, bahwa  memang tugas orang tua untuk mendidik anaknya. 

Kita juga mendapat kesempatan untuk mengajarkan moral kepada anak. Bercerita adalah  metode yang efektif bagi pengasuh untuk menanamkan nilai moral kepada seorang anak karena  dari situlah mereka bisa mendapatkan nilai-nilai moral yang tepat dan cinta mereka dapat tumbuh  akan kebenaran (Aisyah n.d.) Kita dapat membantu anak jika respons yang mereka berikan  ternyata berbeda dengan yang kita ekspektasikan. Mungkin harinya tidak menyenangkan yang  menyebabkan sang anak untuk diam dan tidak berespon, tapi kiranya itu tidak menjadi halangan bagi kita untuk terus membantu sang anak membangun kebiasaan bercerita.

Daftar Pustaka: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun