Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Gelisah Lebaran; Apa yang Baru dari Lebaranmu, Sobat?

16 Mei 2021   12:43 Diperbarui: 16 Mei 2021   14:55 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesunyian adalah nama lain dari ketidaksukaan pada kenyataan

 

Seperti itu. Sunyi artinya kita tidak betul-betul menerima kenyataan yang sedang terjadi. Kenyataan sebagaimana mestinya kita harus hidup berdampingan saat lebaran, bersama keluarga maupun kerabat, atau katakanlah bersama seorang pacar.

Kenyataan sebagaimana adanya saya malah melaksanakan ibadah lebaran hanya sendiri di tengah kota yang hidup sendiri-sendiri. Kan sebuah kutukan yang dipilih!

Namun percayalah, menikmati (dan mengolok) keterasingan itu seperti sedang berjuang melawan kebodohan. Melawan peradaban yang makin membuat sisi kemanusiaan kita ditepis.

Khususnya di kota, yaitu melawan peradaban masyarakat konsumsi dengan seluruh manipulasi tandanya.

Anda kesusahan mengerti?

Saya sederhanakan. "Manipulasi tanda" itu artinya kita dituntut untuk hidup seperti imajinasi orang lain, atau lebih khusus imajinasi oleh pemodal iklan; harus pakai ini, harus pakai itu, biar gaul. Itulah manipulasi tanda.

Hitunglah, sejak kapan dirimu hidup berdasarkan referensi dirimu? Jika tidak, usia Anda belum bertambah.

Inilah generasi kelimpahruahan. "Saya ingin mengatakan bahwa masyarakat kita dirusak oleh tatanan masyarakat konsumsi yang merupakan tatanan dari manipulasi tanda," kata Baudrillard.

Barang-barang konsumsi itu cenderung mengikat, dan memaksa. Seperti saat pacaran, Anda diikat dengan tetek-bengek aturan yang dibuat-buat. Dari sini tubuh diajak untuk patuh.

Apakah tubuh Tuan-Puan sudah tertib saat pacaran? Jika belum Anda akan dituduh tidak normal.

Seperti tuduhan yang dilemparkan kepada saya saat tidak pulang kampung waktu lebaran. Bukan manusia normal!

Boleh saya maki?                    

Namun yakinkah Anda telah menjadi normal ketika pulang kampung? Menikmati kue buatan ibu, bersalaman dengan orang tua selesai sholat lebaran, sembari menggunakan pakaian baru merek terkini dengan sendal yang masih bau toko?

Tidak juga. Anda hanya sedang merayakan kegiatan formal lebaran. Sementara intinya mungkin bisa lepas.

Misalnya saat lebaran menjadi manusia yang sama sekali baru -- bukan sekadar perhiasan tubuh baru. Sama sekali baru artinya kita meninggalkan seluruh perkara hidup lama yang selama ini tidak mempunyai faedah bagi dunia. Katakanlah dosa kepada dunia.

Atau, yakinkah Anda ketika saling meminta maaf karena mengingat satu kesalahan yang dibuat? Benar Anda mau berkompromi dengan dia yang telah membuat hatimu kusut tak beraturan? Anda hanya sedang merakayakan agenda simulasi.

Eh, apa lagi "simulasi" ini?

Simulasi itu adalah manusia yang melakukan tindakan bukan karena keharusan tindakan itu (imperatif kategoris). Tapi tindakan yang dilakukan karena ingin mencari perhatian, atau katakanlah tindakan yang dilakukan karena ingin mencapai sesuatu. Sedekah lalu foto dan diupload. Minta maaf ke ibu lalu upload. Kan niatnya hanya untuk merayakan kenyataan di media sosial.

WhatsApp maafmu itu bisa saja simulasi. Senyummu pun itu simulasi.

Sini saya kasi THR.

Kita terlanjur hidup di dunia simulasi. Batas antara yang nyata dan tidak nyata menjadi keruh. Saya jadi tidak tahu kamu ini benar-benar tulus atau tidak, sih?

So, apa yang baru dari peristiwa lebaranmu, Sobat? Mending saya, mengasingkan diri di kota, tidak merayakan lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak juga beli pakaian. Peristiwa baru, kan?

Jangan dulu menuduh saya "seorang manusia pesimis dan tidak maju tidak peduli keluarga".

Saya debat Anda!

Saya hanya sedang merayakan keterasingan, seperti Anda yang sedang merayakan keumuman.

Saya merasa sunyi. Jelas!

Menikmati lebaran di sekretariat, dengan rumah dua teras, tiga ruang tamu, satu ruang makan, lima kamar tidur, dan dapur dengan bentuk lorong, plus tempat di mana teman sebantal saya baru meninggal. Ngeri, bukan? Sunyi berbaur horor.

Masih mau jadi manusia tidak normal?

Saya ulangi, kesunyian itu adalah ketidaksukaan pada kenyataan. Dengan cara mencari kesunyian sebenarnya kita sedang berharap pada inti dari manusia. Suatu masyarakat yang selalu ingin ramai. Ramai dalam arti tidak seperti di pantai, banyak manusia namun banyak yang tidak kita tahu.

Ramai itu ketika kita harus memperbaiki rambut kita saat di pantai karena yakin bahwa semua orang akan menegur jika rambut saya setengah acak.

Aristoteles berkalimat: bagaimana menguji kebijaksanaanmu? Yaitu dengan cara menempatkan dirimu di situasi yang mungkin membuat Anda tidak bisa bijaksana, misalnya dengan meminum anggur. Apakah masih bisa bijaksana jika sedang mabuk? Artinya jika ingin mengasah sifatmu, atau pikiranmu, lawankanlah dengan situasi yang terbalik.

Memilih untuk berdiam diri di tengah kota, di sekretariat, sebenarnya hanyalah sebuah sikap yang punya dasar metode. Bukan tidak peduli keluarga. Atau tidak peduli peristiwa lebaran.

Situ pemerintah, sedikit-sedikit membuat lebel?

Saya sedang merayakan lebaran, sama seperti kalian-kalian. Hanya model perayaannya saja yang beda. Anda menikmati keramaian, saya menikmati kesunyian, kalian menikmati peristiwa umum, saya menikmati keterasingan; mencoba jalan baru di tengah antrian jalan umum.

Selamat merayakan lebaranmu, Sobat. Jangan lupa, besok itu Senin. Meski kamu memakai pakaian baru trend tahun ini, namun dirimu tetap tahun lalu, dan lalu. Jangan berharap kebaruan jika masih mengantri di jalan umum.

Sekretariat, Minggu 16 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun