Apakah tubuh Tuan-Puan sudah tertib saat pacaran? Jika belum Anda akan dituduh tidak normal.
Seperti tuduhan yang dilemparkan kepada saya saat tidak pulang kampung waktu lebaran. Bukan manusia normal!
Boleh saya maki? Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Namun yakinkah Anda telah menjadi normal ketika pulang kampung? Menikmati kue buatan ibu, bersalaman dengan orang tua selesai sholat lebaran, sembari menggunakan pakaian baru merek terkini dengan sendal yang masih bau toko?
Tidak juga. Anda hanya sedang merayakan kegiatan formal lebaran. Sementara intinya mungkin bisa lepas.
Misalnya saat lebaran menjadi manusia yang sama sekali baru -- bukan sekadar perhiasan tubuh baru. Sama sekali baru artinya kita meninggalkan seluruh perkara hidup lama yang selama ini tidak mempunyai faedah bagi dunia. Katakanlah dosa kepada dunia.
Atau, yakinkah Anda ketika saling meminta maaf karena mengingat satu kesalahan yang dibuat? Benar Anda mau berkompromi dengan dia yang telah membuat hatimu kusut tak beraturan? Anda hanya sedang merakayakan agenda simulasi.
Eh, apa lagi "simulasi" ini?
Simulasi itu adalah manusia yang melakukan tindakan bukan karena keharusan tindakan itu (imperatif kategoris). Tapi tindakan yang dilakukan karena ingin mencari perhatian, atau katakanlah tindakan yang dilakukan karena ingin mencapai sesuatu. Sedekah lalu foto dan diupload. Minta maaf ke ibu lalu upload. Kan niatnya hanya untuk merayakan kenyataan di media sosial.
WhatsApp maafmu itu bisa saja simulasi. Senyummu pun itu simulasi.
Sini saya kasi THR.