Mohon tunggu...
Akun Ini Telah Pindah
Akun Ini Telah Pindah Mohon Tunggu... -

migunani tumraping liyan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saling Mengingatkan, yuk ... (4)

11 Maret 2011   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sleman,17jan2011

Cinta

Aku tulis ini karena cinta

Tiga tahun sudah kuberbagi suka dan duka dengannya, orang yang terpaut 13 tahun lebih muda dariku. Hari-hari kami jalani dengan kesederhanaan. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil golongan 3B, sedangkan aku masih memilih sibuk dengan jualan gorengan.

Kusadari banyak orang yang heran dengan suamiku itu. Heran dengan keputusannya menikah dengan janda tua bermuka pas-pasan sepertiku. Aku telah dicerai suamiku yang pertama karena tak bisa hasilkan keturunan. Meski aku anak kiyai, tapi aku tak mau di poligami.

Sebelum menikah, aku hanya lima kali bertemu dengannya. Ya, saat itu dia adalah pelanggan gorenganku. Kukenal dia sebagai orang yang telah mapan bekerja, dan beberapa pelanggan juga pernah bercerita bahwa dia adalah rebutan bagi banyak wanita, karena wajahnya yang ganteng.

Tak pernah ia datang sendirian. Bila tidak bersama ibunya, ia bersama temannya. Setiap kali bertemu, pembicaraan kami ternyata saling melengkapi satu sama lain. Aku pun tak dapat menyangkal itu.

Hingga suatu hari… ibunya datang sendirian dan menanyakan banyak hal yang sifatnya pribadi. Hingga ia tahu tentang statusku dan ia berikan sebuah pertanyaan berat! Lamaran! Tentu saja aku harus ambil waktu untuk berpikir. Sholat Istikharah kulakukan hingga dua kali dan muncullah jawaban tuk terimanya.

Ketika malam pertama kutanya dia tentang makna cinta,

Dik, aku mencintaimu karena Alloh. Maafkan aku… jika cintaku pada Alloh melebihi cintaku padamu” Akhir dari jawabannya yang buat hatiku bergetar.

“Dulu aku pernah percaya bahwa Alloh akan berikan pilihan terbaik dengan perantaraan ibu. Dan … ternyata ibuku merasa sangat dekat denganmu,” tambahnya kemudian sembari memakai baju koko warna putih. “Dik, yuk kita sholat sunnah dulu, sebelum…mmm tunaikan hak halal kita,” ajaknya sambil tersenyum. Di saat itu aku merasa menjadi orang yang palin beruntung di dunia. Punyai suami yang begitu arif kepribadiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun