Mohon tunggu...
fityan muhammad yasin
fityan muhammad yasin Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Seorang Mahasiswa yang tertarik dengan menulis dan membaca tentang isu sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Konten Brainrot Pada Fungsi Otak

30 Juni 2025   04:30 Diperbarui: 29 Juni 2025   20:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antara manusia dan handphone semakin hari semakin erat. Manusia sudah bergantung pada handphone, khususnya bagi kaum muda. Ada dua kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kebanyakan kalangan muda saat ini yaitu kebutuhan pokok harian dan kebutuhan dunia maya. Dari mulai mengawali hari kegiatan yang pertama dilakukan adalah mengecek handphone, walaupun sekedar melihat notifikasi pesan saja. Terlebih munculnya aplikasi sosial media seperti Tiktok dan Instagram yang dapat mengatur sebagian besar gaya hidup kalangan muda saat ini. Kehidupan sehari-hari di awali dan diakhiri dengan scrolling sosial media.

Tanpa disadari kegiatan yang setiap harinya dilakukan kalangan muda selama berjam-jam dapat merusak fungsi otak secara perlahan. Konten video berdurasi pendek telah banyak berseliweran di sosial media khususnya Instagram dan Tiktok. Video yang ditawarkan oleh algoritma platform menarik bagi penggunanya sehingga tanpa disadari dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Konten yang ditawarkan pun sangat beragam yang memberikan hiburan dan menimbulkan ekspresi berbeda setiap video yang ditonton. Namun, seringkali video yang ditawarkan untuk penggunanya merupakan konten video rendah kualitas dan berdampak menurunkan kemampuan kognitif. Konten video berdurasi pendek dan rendah kualitas ini seringkali disebut sebagai “video brainrot”. Video ini kerap ditemui di platform Instagram ataupun tiktok. Video yang hanya memikirkan viral dan ramai penonton seringkali berisi konten konyol yang tidak mendidik. Video seperti itulah justru saat ini semakin ramai peminat, khususnya bagi kalangan muda. Meskipun menghibur, namun jika dikonsumsi selama berjam-jam setiap harinya juga akan berdampak bagi penggunanya sendiri. Kata “brainrot” sendiri memiliki arti menurunnya kondisi mental dan intelektual seseorang. Sehingga dapat diartikan bahwa “video brainrot” merupakan video yang sadar maupun tidak sadar menurunkan kondisi mental dan intelektual. Sebagian besar isi konten Instagram dan Tiktok saat ini adalah berisikan konten “video brainrot”.

Dikutip dari rsmmbogor(2025). Bahwa menurut para psikolog, paparan konten brainrot dapat menyebabkan menurunnya daya ingat, kehilangan fokus dan konsentrasi, penurunan kemampuan analisis, tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kompleks, Ketergantungan pada validasi sosial. Selain itu konten “brainrot” dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengguna seperti mengalami gangguan kognitif, gangguan emosi, dan gangguan dalam bersosial. Hal ini terjadi karena Konten yang hanya berorientasi pada hiburan instan membuat otak terbiasa dengan stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir yang mendalam.

Menurut data dari statista (2025) menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet dan media sosial di seluruh dunia sekitar 5.56 milyar atau 67,9% untuk pengguna internet dan 5.24 milyar atau 63,9% untuk pengguna sosial media. Fenomena ini berpotensi besar menyerang pengguna platform tidak kenal usia. Terlebih lagi anak usia dini sudah mulai mengkonsumsi konten video brainrot ini. Hal ini memiliki dampak yang sangat signifikan bagi Kesehatan khususnya bagi mental anak. Sudah banyak dilakukan survei mengenai konsumsi video brainrot secara berlebihan pada kondisi Kesehatan seseorang khususnya kalangan muda dan anak.

Berikut salah satu hasil survei mengenai hubungan antara konsumsi video berdurasi pendek (terkhusus Instagram dan Tiktok) dan gejala kognitif seperti rentang perhatian yang menurun dan “brainrot” di kalangan remaja (Yunike 2025). Survei dilakukan pada remaja berusia 13-19 tahun khususnya bagi pengguna platform Instagram dan Tiktok. Survei ini dikutip karena relevan dengan topik pembahasan. Data survei juga sebagai data acuan untuk menjelaskan tentang korelasi antara konsumsi sosial media pada kalangan remaja.

Hasil survei menunjukkan korelasi signifikan antara jumlah waktu konsumsi konten Tiktok dan Intagram yang dihabiskan remaja dengan prevelensi masalah fokus dan gejala kabut otak. Dari survei menghasilkan Remaja usia 16-18 tahun menunjukkan rata-rata  penggunaan harian tertinggi dengan konsumsi Tiktok rata-rata 3 jam dan Instagram 2,1 jam. Remaja usia 13-15 tahun menunjukkan angka lebih rendah. Sedangkan remaja usia 19-20 tahun menunjukkan angka terendah untuk penggunaan dan gejala yang terkait.

Data survei menunjukkan adanya korelasi jumlah waktu konsumsi media sosial prevelensi gangguan fokus. Hasil menunjukkan bahwa remaja usia 16-18 tahun dengan penggunaan media sosial harian yang lebih tinggi mengaku lebih sering kesulitan fokus pada penjelasan selama aktivitas akademi dan harian. Mereka juga mengaku mengalami lelah mental, pelupa, dan kesulitan berkonsentrasi. Sehingga dapat disimpulkan dari survey di atas bahwa survey mendukung dugaan tentang konsumsi sosial media sosial khususnya konten video “brainrot” yang berlebihan berdampak negative pada fungsi kognitif remaja, terutama pada fokus dan mental pengguna.

Konten brainrot menyerang penggunanya tidak memandang usia baik itu anak-anak, remaja, maupun orangtua. Konten ini justru cepat tersebar dibandingkan dengan konten-konten edukasi. Karena sifatnya yang menghibur, namun dari hiburan itulah tanpa terasa mampu berdampak pada pengguna itu sendiri. Sehingga di dunia internet harus mampu menjaga diri sendiri dan harus menjadi pengguna yang pandai memilih sesuatu yang baik dan buruk. Terlebih bagi orang tua juga harus senantiasa menjaga buah hatinya dari dunia internet. Karena dunia internet terlalu luas, di satu sisi memiliki dampak positif yang menguntungkan dan di sisi lain memiliki dampak negative yang menyeramkan.


Refrensi:

Harsanto, Eka, and Ira Kusumawaty. "Brain Rot and Focus Disorders Survey Impact of Consumption of TikTok and Instagram Reels Content on Teenagers." International Journal Scientific and Professional 4.3 (2025): 593-600.

Stastista. (2025). Jumlah pengguna internet dan media sosial di seluruh dunia per Februari 2025. Statista. Diakses pada 2Juni 2025, dari https://www.statista.com/statistics/617136/digital-population-worldwide/.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun