Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jika Aku Bukan Dia [Satu-Secangkir Cappucino]

3 September 2015   06:18 Diperbarui: 4 September 2015   09:32 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belasan tahun yang lalu, seorang pria berdarah Inggris telah memindahkan kehidupannya dari belantara hutan menuju kota besar yang asing. Ketidaktahuannya pada masa itu selalu membuatnya berpikir, bahwa kota adalah ‘hutan yang hiruk pikuk’ dan jauh berbeda dengan hutan tempatnya berasal. Hutan yang selalu tenang dalam kesunyian. Orang itu adalah Mr. Howitt, sang pemilik perkebunan kelapa sawit yang berada di sekitar hutan tempat suku asal Cora bermukim, Suku Anak Dalam.

Mrs. Howitt pernah mengisahkan padanya, sepuluh tahun lamanya ia dan suaminya tidak dianugerahi keturunan. Meski memiliki beberapa perkebunan luas di Pulau Sumatera, hati Mr. Howitt selalu gelisah. Pria itu mendambakan keturunan untuk mewarisi seluruh harta kekayaan yang diperolehnya dari hasil kerja keras bertahun-tahun lamanya.

Suatu kali, Mr. Howitt mengunjungi perkebunan sawitnya yang berlokasi di sekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas itu. Pria pekerja keras itu memang sering memantau perkebunannya sendirian dan membiarkan supir menunggu dalam jeep yang diparkirkan di ujung jalan masuk perkebunan. Mr. Howitt bukanlah orang yang mudah percaya begitu saja pada laporan bawahannya.

Ketika hendak mampir ke sekolah binaan perkebunan yang ia dirikan, sepasang mata pria itu menangkap sosok bocah perempuan yang sedang berjalan kaki menuju sekolah. Semangat dan pandangan bersinar-sinar milik bocah itu rupanya menawan hati sang pemilik perkebunan. Secara sembunyi-sembunyi, ia mengikutinya dari jauh.

Dugaannya tak keliru, murid sekolah binaan itu memiliki kelebihan dalam berbagai minat. Ia anak istimewa. Tuan Howitt terpesona saat melihatnya membacakan puisi yang ditulisnya sendiri dengan suara lantang. Tidak hanya itu saja, gambar yang dibuatnya sangat mengesankan bagi anak seusianya. Nilai-nilai rapornya juga menonjol. Para guru bahkan menjulukinya ‘bintang kecil rimba’.

Sejak saat itulah, Mr. Howitt berupaya keras untuk membawa bocah istimewa itu ke Jakarta. Selain menemani istrinya agar tak lagi kesepian, ia berniat menjadikannya sebagai putri angkat. Pria itu memang tak pernah mengizinkan Mrs. Howitt berdiam di perkebunan terlalu lama karena penyakit asma akut yang diderita istrinya. Padahal, lokasi perkebunan miliknya berada cukup jauh dari fasilitas kesehatan.


Bagi anak-anak Suku Anak Dalam, menuntut ilmu belumlah menjadi suatu keharusan. Apalagi sampai harus pergi jauh meninggalkan hutan. Tuan Howitt harus berjuang keras meyakinkan tumenggung yang mengasuh bocah perempuan itu agar dapat mengecap pendidikan dan fasilitas yang lebih baik di kota. Perjuangan melelahkan itu berbuah manis juga. “Bintang kecil rimba” itu berhasil diboyong dan menjadi bagian dari keluarga Howitt.

***

Gadis itu menghirup secangkir cappucino sambil melirik pergelangan tangannya. Lima belas menit terasa begitu menjemukan. Setelan blazer abu-abu roomy yang ia kenakan membuatnya gerah. Sepulang dari kantor, ia memang langsung menuju cafe favoritnya di lantai satu mall ini untuk bertemu adik satu-satunya. Seperti biasa, gadis periang itu selalu saja terlambat.

Cora memainkan cangkirnya yang tinggal separuh dengan gelisah. Sesekali ia menyibukkan diri dengan gadget di tangannya sekedar mengusir kejenuhan. Merasa penat, gadis itu membuka kacamata geek chic-nya dan bersandar di sofa. Kepalanya sedikit pusing. Menjelang akhir bulan, pekerjaannya sebagai tax accounting seakan tak ada habisnya.

Itu dia. Yang ditungggu-tunggu akhirnya muncul juga dari arah pintu masuk. Dress halter putih membalut tubuh ramping Janne yang menjulang, membuatnya terlihat memesona. Rambut ikal kecoklatan yang membingkai paras mungilnya tergerai. Sepasang mata indah berwarna senada mengapit hidungnya yang mencuat. Putri kandung keluarga Howitt itu bagai manekin di toko busana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun