Mohon tunggu...
Fitri Rachmawati
Fitri Rachmawati Mohon Tunggu...

visit and follow my blog\r\nhttp://myreplacementdiary.blogspot.com/\r\nterimakasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Benci Angka 18!!!

13 Desember 2011   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam harinya dengan mata yang bengkak, wajah yang sembab dan suara yang parau hampir hilang, aku duduk diteras rumah Nenek Arya untuk menikmati udara malam dan melihat bintang-bintang untuk sekejap menghilangkan penatku dan sedihku.

"astaga!! sekarang kan tanggal 18" ucapku terhenyak seraya menepuk jidat. Sesaat ku teringat bahwa ini adalah tanggal 18 November, ya pertandingan bola kemarin adalah tanggal 17 hari Kamis, aku tak menyadarinya, ya Tuhaaaaaannnnn kenapa harus tanggal itu lagi? Seketika awan bagaikan arang, gelap kelabu, bintang redup, sinarnya tak terpancar, rembulan murung menatap kehancuranku. Tangisku pecah lagi, tak ada lagi keindahan yang dapat ku nikmati hari ini, bahkan mungkin sampai besok, lusa dan selamanya. Apa maksud Tuhan merencanakan semua ini untukku? supaya apa? supaya aku tegar? tidak, semua ini membuatku rapuh dan sangat rapuh? supaya aku lebih dewasa? aku sudah cukup dewasa untuk memahami semua ini, yang aku tau ini bentuk ketidakadilan, bentuk kekejaman dan bentuk keegoisan. Semuanya direnggut oleh maut, termasuk kebahagiaanku, kalaupun tanggal 18 Desember adalah hari kematianku, aku siap!

"sayang kamu yang sabar ya, masih ada Mama sama Papa. Semuanya sudah suratan takdir, kamu gak boleh menyalahkan Tuhan. Kamu tau kan kalau Tuhan gak akan memberi cobaan ke kita diluar batas kemampuan kita? dan menurut Tuhan kamu wanita yang sangat kuat, sangat tegar, makanya cobaan kamu seberat ini. Kalau kamu ikhlas dan tabah, cepat atau lambat kesedihanmu yang bertubi-tubi itu akan diganti dengan kebahagiaan yang bertubi-tubi juga, Tuhan tau yang terbaik untuk setiap umat-Nya" ucap Mama menyeka air mataku dan memelukku.

Setidaknya ucapan dan pelukan Mama bisa sedikit menenangkan hatiku, aku tau Mama juga merasakan kesedihanku. Setidaknya aku bersyuukur karena masih punya Mama dan Papa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun