Mohon tunggu...
Fitri Rachmawati
Fitri Rachmawati Mohon Tunggu...

visit and follow my blog\r\nhttp://myreplacementdiary.blogspot.com/\r\nterimakasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Benci Angka 18!!!

13 Desember 2011   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketakutan itu terus-menerus menerjang pikiranku, mengusik hatiku. Aku tak mengerti dan tak akan pernah mengerti mengapa semua itu harus terjadi pada tanggal 18? Apakah ada tanggal atau tahun tertentu yang menyebabkan kesialan seseorang? tadinya aku berfikir bahwa hal semacam itu hanya ada ditelevisi dengan sandiwara yang apik tapi tak bisa ku pungkiri bahwa aku mengalaminya. Tak ada pula yang meramalku sebelumnya seperti difilm-film itu, semua terjadi begitu saja tanpa ada peringatan sebelumnya. Apakah semua ini ada hubungannya dengan rumahku yang bernomor C.18 dan Rw 18??? bagaimana cara melogiskannya??? ini semua sulit untuk dilogikakan, tapi semua ini adalah kenyataan. Entahlah, ini sebuah kebetulan, takdir atau mungkin kutukan???? 18 Januari: Kakakku, Sarah, mengalami pendarahan yang hebat saat melahirkan anak pertamanya. Berjam-jam dia merintih kesakitan, mengerang-ngerang hingga nyawanya melayang bersamaan dengan suara seorang bayi yang keluar dari rahimnya. 18 Februari: Keluargaku mendapat kabar dari Bibiku di Medan bahwa suaminya, Pamanku, hilang!! Pamanku seorang nelayan dan kemungkinan besar beliau hilang dilaut. Keluarga, penduduk setempat dan polisi sudah berhari-hari mencarinya namun sampai detik ini Paman belum ditemukan. Entah Paman masih bernyawa atau tidak, yang jelas Paman harus ditemukan dalam bagaimanapun keadaannya. Kami sekeluarga sudah mengirimkan berita kehilangan ini ke media massa namun tak ada laporan yang bahagia satupun. 18 Maret: Restaurant milik Papa kebakaran. Restaurant yang sudah dirintis belasan tahun, kini lenyap tanpa sisa. Entah apa penyebabnya, kejadiannya tengah malam saat restaurantnya sudah tutup, tak ada satu karyawan pun disana. Hanya ada dua satpam disana, namun semuanya terlambat, saat petugas pemadam kebakaran datang si jago merah sudah melahap hampir seluruh bagian tubuh restaurant. Tapi untunglah tak ada korban dalam kebakaran tersebut. 18 April: Papanya Arya, kekasihku, meninggal karena suatu kecelakaan mobil. Mobilnya hancur bersama Om Haris didalamnya, Om Haris meninggal seketika. 18 Mei: Mamanya Arya divonis dokter mengidap kanker otak dan sudah stadium akhir. Memang gejalanya sudah terasa lama, namun Tante Farah tidak pernah mau periksa, dia lebih memilih waktunya untuk bekerja keras dibanding harus memikirkan masalah yang sulit obatnya, buat beliau itu hanya menghabiskan uangnya saja dan beliau sangat keras kepala, apalagi emosinya sulit dikendalikan. Dokter memprediksikan bahwa umurnya hanya tinggal menghitung hari, namun kami semua lebih percaya Tuhan dibanding dokter. 18 Juni: Suami Tanteku yang di Surabaya meninggal karena penyakit jantungnya. Usahanya bangkrut total dan penyakit jantungnya kumat, beliau hanya bertahan empat hari di rumah sakit. 18 Juli: Mamanya Arya meninggal. Beruntung prediksi dokter meleset, Tante Farah bisa bertahan sampai dua bulan. Sebelum detik-detik kepergiannya, beliau pernah berpesan padaku "kalau Arya gak selamanya sama kamu, kamu harus tetap semangat ya jalanin hari-hari kamu". Aku tak mengerti apa maksudnya, kami menjalin hubungan sudah terbilang sangat lama, lima tahun, dan tak mungkin Arya mengkhianatiku apalagi meninggalkanku, kami berdua saling cinta, masing-masing keluarga pun sudah saling dekat. 18 Agustus: Keponakanku, anak satu-satunya Kak Sarah meninggal. Entah apa sebabnya, karena sebelumnya dia gak sakit atau punya penyakit apapun, dia pun sangat anteng, tidak merengek-rengek kelaparan, kehausan atau kesakitan. Tuhan apa maksud dibalik ini semua??? mengapa harus terjadi ditanggal dan tahun yang sama?? aku tau sebagai manusia, aku tak pernah luput dari dosa, dosaku menggunung, tapi haruskah aku menerima hukuman ini?? iya, apakah ini hukuman dari-Mu?? selama hidupku, aku tak pernah punya musuh. Mama Papa juga orang yang sangat baik, apakah ada dalang dibalik ini semua selain Engkau Tuhan?? aku tak mau lebih banyak lagi kejadian menyedihkan ini menimpaku. Cukup sampai dibulan kedelapan saja penderitaan ini, aku mohon jangan berlanjut...

***

Benar saja di Bulan September dan Oktober tak ada kejadian yang aneh dan menyedihkan, semuanya terasa indah, hari-hariku sangat bahagia bersama Arya. Bahkan saat aku ulang tahun, Arya memberiku kejutan yang sangat romantis. Padahal tahun ini adalah ulang tahunku yang ke 18 tapi syukurlah semuanya aman.

Hari ini aku dan Arya akan menonton pertandingan bola Sea Games distudion Gelora Bung Karno, Arya yang memaksaku untuk menontonnya karena hari ini Indonesia melawan musuh bebuyutannya alias Malaysia, sekaligus menjadi perpisahan aku dengan Arya karena seusai pertandingan nanti dia langsung pergi ke Jogja, dia ingin tinggal disana bersama Adik dan Neneknya karena di Jakarta dia tak punya siapa-siapa lagi.

Kekalahan Indonesia seakan ikut berkabung atas kepergian Arya ke Jogja, namun Indonesia masih punya harapan untuk menang dalam final nanti, tapi aku tak punya harapan untuk membatalkan kepergian Arya, ini sudah keputusan final Arya, keputusannya sudah bulat untuk ke Jogja. Aku sangat berat melepasnya namun aku tak boleh egois, itu pilihannya. Aku pun mengantar Arya ke bandara.

"kamu baik-baik ya sayang disini, aku gak akan lama kok di Jogja" ucap Arya seraya memelukku "iya kamu juga baik-baik ya disana" "seandainya kamu bisa ikut, aku pasti seneng banget" "aku mau banget ikut kamu, tapi sekolahku gimana?" "yasudah kamu belajar yang bener tapi besok nyusul aku ya, hehe" ledek Arya melepaskan pelukannya "mana mungkin boleh sama Mama Papa" jawabku manyun, disaat suasana haru seperti ini masih saja bisa bercanda "bercanda sayang, yaudah aku pergi dulu ya" ucapnya kemudian mencium keningku dan berlalu, aku hanya tersenyum dan menangis.

***

Jam 03 sore

"sore ini Mama sama Papa jemput kamu ya disekolah, kamu tunggu disana jangan kemana-kemana, kami sedang on the way" ucap Mama dibalik handphonenya, baru ku jawab iya Mama sudah mematikan teleponnya. Beribu pertanyaan menyangkut diotakku. Aku bingung seperti ada sesuatu yang penting.

Tumben banget jemputnya mendadak gini, biasanya juga konfirmasi dulu beberapa jam sebelumnya kalau mau jemput. Nada suara Mama juga kayak dikejar-kejar setan begitu, nafasnya gak beraturan banget.

Segala pikiran buruk ku tepis, aku memilih makan dulu sambil menunggu mereka datang, dari pada stres mikirin tingkah aneh Mama mending isi perut dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun