"sekarang juga kamu harus ke Jogja" baru ku duduk satu detik dimobil aku dibuat kaget dengan perintah Mama. "hah? ke Jogja buat apa Ma?" tanyaku penasaran "entahlah, tadi adiknya Arya telepon kerumah, dia bilang Arya ingin bertemu sama kamu" "kenapa harus hari ini Ma?" "Mama juga gak tau, mungkin ada hal penting yang gak bisa ditunda, sudah kamu kesana saja untuk memastikan kebenarannya" "sama Mama Papa kan?" "gak, Mama sama Papa masih ada urusan dikantor, kita cuma nganterin kamu kebandara, nanti disana sudah ada Adik Arya yang akan menjemput kamu" aku hanya bisa pasrah menuruti perintah Mama, aku pun tak ingin bertanya lebih banyak lagi, percuma karena Mama akan tetap kekeuh menyuruhku pergi kesana, Arya dan kedua orangtua ku sangat dekat terutama Mama jadi gak heran kalau Mama begitu antusias mengabulkan keinginan Arya, lagi pula yang tau jawaban pastinya cuma Arya, Adiknya dan Tuhan. Aku pun mencoba menghubungi Arya namun nomornya tidak aktif.
Tibalah aku dibandara, Mama tak menyiapkan apapun untukku, aku pun pergi tanpa membawa baju ganti, tak apalah kan ada Arya. Lagi pula kata Mama aku hanya sebentar, hari Minggu pulang jadi hanya dua hari.
***
Setiba di Jogja terlihat Adiknya Arya bernama Galih sedang gelisah menungguku. Dia masih kelas satu SMA.
"Galih, ada apa sih?" "kakak ikut aku aja, nanti juga tau, tapi kakak harus pake kain penutup mata ini" jawabnya sembari menyodorkan kain hitam padaku "harus ya?" "iya, ada kejutan buat kk, udah nurut aja" aku pun menuruti keinginan konyolnya Galih, walau aku risih seperti ini tapi aku coba mengikuti permainannya.
15 menit kemudian aku mendengar suara orang banyak sedang mengaji, semakin ku langkahkan kakiku kedepan semakin jelas terdengar dann...ya Tuhan itu surat yasin!!! ini dimana? apakah dirumah Neneknya Arya? lalu surat yasin itu untuk apa? tanpa minta izin dan bertanya pada Galih aku pun membuka kainnya.
Bendera kuning!!! dihadapanku, siapa yang meninggal??? aku pun segera masuk kedalam, semua orang terkejut dengan kehadiranku dan kontan menghentikan suaranya namun aku tidak peduli, butiran air mataku terjatuh tanpa ku minta, tetesannya makin deras ketika aku melihat seseorang yang terbujur kaku dan tertutup kain bercorak cokelat itu dilantai, aku membukanya perlahan, tangisku makin pecah tak berarah, itu Aryaaaaa........kepalaku berat, aku menjerit hebat hingga ku tergeletak tak sadarkan diri disamping jenazah.
Setengah jam berlalu, aku tersadar dengan harapan kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi, namun aku tak bermimpi, Arya benar-benar telah tiada. Ku buka perlahan kelopak mataku yang terasa berat, ada seorang wanita yang sangat aku kenal dan sangat dekat denganku. "Lia, kamu sudah sadar" ucapnya, pandanganku semakin jelas dan itu Mama, sejak kapan Mama ada disini? disamping Mama juga ada Papa. Seketika aku menangis lagi mendengar suara orang-orang mengaji itu. Aku tak henti-hentinya menangis dan semakin menjadi-jadi.
Inikah kejutan untukku? inikah arti dari pesan Tante Farah beberapa bulan yang lalu? inikah lelucon Arya sewaktu keberangkatannya ke Jogja dan menyuruhku untuk datang? aku sudah datang hari ini, aku mengabulkan permintaanmu Arya tapi kenapa kamu malah pergi????
Ternyata Mama dan Papa sengaja menyusulku, mereka sudah tau semuanya dari awal tapi mencoba menutupinya dari aku. Aku pun tak diizinkan untuk ikut kepemakaman Arya namun aku keras kepala, aku ingin mengantarkan Arya keperistirahatan terakhirnya, tak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti, kalaupun aku harus ikut terkubur bersama Arya, aku mau!!!
Belum sampai jenazah Arya masuk keliang lahad, aku tergeletak lemas dan pingsan.