Mohon tunggu...
Fitri Yulianti
Fitri Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya suka menulis cerita untuk media pembejaran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Fantasi Pohon Juga Makhluk Hidup

8 Oktober 2022   00:00 Diperbarui: 8 Oktober 2022   00:03 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

POHON JUGA MAKHLUK HIDUP

Hilal  bersekolah di salah satu SMP favorit  di Kabupaten Situbondo. Siang itu di sekolah sangat panas seakan-akan Sang Matahari sangat dekat dengan kepala  kita. Saat bel tanda istirahat berbunyi, Hilal dan Candra, sahabatnya segera menuju  ke kantin, yang terbayang dipikiran mereka adalah minuman dingin. Kemudian, mereka langsung bergerak ke tempat favorit, yaitu Lapangan luas yang   terletak di pinggir bangunan sekolah dan terdapat pohon asam yang cukup tinggi. Untung kita punya kamu..Rip!Kalau sudah di bawahmu, mata ini sangat berat,” kata Chandra sambil tiduran. Mereka sangat senang di bawah kaki Si Urip, nama panggilan dari mereka untuk pohon asam , dia melindungi dari jahatnya sinar matahari dengan daun-daunnya yang lebat. Si Urip selalu ditemani mereka ketika waktu istrirahat dan kegiatan ektra pramuka. Mereka sudah mengenal Si Urip sejak awal masuk sekolah. Di batang pohon Si urip ada berbagai tulisan dari tangan jahil mereka. Ibarat kata Si Urip, Hilal, dan Chandra adalah tiga sahabat.   

Istirahat siang itu udaranya memang sangat panas. Hilal dan Chandra sudah beberapa kali membeli minuman dingin untuk menghilangkan rasa haus mereka. “Aduh..!karena kebanyakan minum aku jadi kebelet kencing…pipis di sini saja,”rengek Hilal dengan menunjuk kea rah Si Urip. “Wah..!Jangan kau kamar mandi saja…kan dekat. Kasihan Si Urip. Dia akan mencium bau pesing..Si Urip kan juga makhluk hidup, lagian dia kan juga sahabat kita,”pinta Chandra. “Aku sudah tidak tahan…enakkan Si Urip aku siram. Dia juga akan segar,”canda Hilal  dan tidak berapa lama dia segera kencing di batang pohon Si Urip.   

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tanpa dikomanda tubuh Hilal segera merebahkan ke tempat tidur, hanya dalam hitungan detik dia langsung terlelap.  Seketika Hilal langsung bermimpi. Dia berada di sebuah rumah seperti istana, Rumah tersebut berisi pohon dan bunga yang menurutnya sudah tidak asing lagi. “Silahkan masuk Lal! Ini ada makanan kecil dan minum. Ayo cepat kamu makan,” kata Si Bunga Kuning sambil menunjukkan makanan dan minuman yang terletak di atas meja. “Kau…ini kan bunga anggrek  yang ada di depan kelasku, yang selalu dirawat sama Nia,”kata Hilal memastikan. “Ya….aku sayang sekali sama Nia, Salam dariku dan ucapkan terima kasih karena dia selalu merawatku,” kata Si Bunga Kuning dengan tatapan mendalam. Hilal kemudian segera menyadari bahwa benar pohon dan bunga yang ada di rumah ini adalah pohon dan bunga yang terdapat di sekolahku.

            Tidak berjalan lama, Hilal sudah mulai akrab  dengan semua penghuni di rumah bak istana ini. Kemudian, dia langsung tersadar dan segera timbul pertanyaan dalam pikirannya kemana Si Urip. “Kalau pohon asam yang tumbuh di lapangan itu ada dimana?”tanya Hilal kepada Si Mangga yang kebetulan dia juga tumbuh di sekitar lapangan. “Oh…Si Urip….dia ada di kamar itu. Dia cukup lama ada di dalam dan saat masuk kamar wajahnya terlihat sedih, bahkan dia juga menangis.” Jawab Si Mangga sambil menunjuk ke a rah kamar yang letaknya tidak terlalu jauh dari Hilal berdiri. “Kenapa dia menangis?” tanya Hilal penasaran. “ Kau merasa tidak bersalah,”sambar Si Pohon Jati, yang letak tumbuhnya paling dekat dengan Si Urip. “Apa yang sudah aku lakukan?” jawab Hilal dengan penasaran. “saat istirahat kaukan sudah kencing di badan Si Urip, gara-garanya kau malas ke kamar mandi,”timpal Si Pohon Jati. Seketika Hilal langsung teringat tentang kejadian tersebut tadi siang. “Si Urip sangat sedih sekali, dia sangat tidak menyangka kalau sahabatnya melakukan hal-hal yang menghina, dengan mengotori badannya.”jelas Si Mangga sambil matanya berkaca-kaca. Tidak menunggu lama Hilal langsung berlari menuju ke kamar yang di dalamnya terdapat Si Urip. “Urip….maafkan aku….aku memang sangat bodoh, aku berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi. Tolong kau buka pintunya,”kata Hilal dengan menggedor-gedor pintu dan sambil menangis. “Buka Rip!maafkan aku” rengek Hilal dengan suara terbata-bata. Seketika Hilal langsung terbangun dari mimpinya, langsung dia menangis saat mengingat cerita dalam mimpinya.

Pagi-pagi sekali, Hilal sudah sampai di sekolah. Dia segera bergegas menuju ke tempat Si Urip dengan membawa ember yang beris air yang baru saja dia pinjam dari tukang kebun di sekolah. “Maafkan aku…Rip!Aku berjanji tidak akan mengulang perbuatanku itu.”kata Hilal sambil menyiram air ke batang pohon tempat dia kencing. Semenjak itu, Hilal dan Chandra tidak pernah lagi pipis sembarangan di bawah pohon. Mereka jua memberikan pengumuman di dekat Si Urip yang berisi JANGAN BUANG AIR KECIL DI TEMPAT INI, POHON JUGA MAKHLUK HIDUP.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun