Mohon tunggu...
Fitin Agustin
Fitin Agustin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tukang Sintesis Kata-Kata menjadi berSenyawa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Penonton Link Haram Vs Aplikasi Legal, Ini Soal Prinsip

18 Agustus 2021   21:24 Diperbarui: 18 Agustus 2021   22:32 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nonton Film (Dok. Pribadi)

Pandemi ini buat aku semakin banyak menghabiskan waktu untuk menonton film. Temenku dan banyak influencer yang ku ikuti media sosialnya juga melakukan hal yang sama.

Apalagi saat film baru rilis, promosi makin banyak berseliweran memenuhi timeline media sosial seperti twitter dan instagram. Penonton film terbelah menjadi dua aliran. Ada aliran penonton link haram, biasanya mereka menonton via facebook, telegram, atau link haram yang bisa kamu temui dengan website yang URL-nya angka semua.

Sedangkan aliran aplikasi legal, mereka yang membayar untuk berlangganan sekedar seminggu dua minggu atau bahkan tahunan. Hanya untuk menikmati kebutuhan menonton film di aplikasi kesayangan. Mulai dari VIU, Klik Film, We TV, Mola TV, Disney+, dan Netflix. 

Aku sendiri adalah penikmat film legal, aplikasi di handphoneku ada Disney+ dan Netflix. Aplikasi ini sudah cukup untukku berselancar menikmati film yang aku suka. Netflix menyediakan drama korea dan series yang cukup beragam. Kalau Disney+ itu aplikasi keluarga dimana aku bisa menemukan film animasi dengan kualitas terbaik. Film Indonesianya juga cukup banyak, walaupun gak banyak yang aku suka. Maklum, untuk film Indonesia sudah banyak ku tonton di bioskop.

Saat film ILYS rilis, temanku langsung merekomendasikan episode terbarunya. Padahal aku cek di we tv, itu harus bayar untuk episode terbarunya. Dia bilang episode itu sudah rilis di facebook.

Kaget!. Karena saya adalah fans dari Jourdy Pranata. Lewat akun instagramnya, para pemain ILYS ramai-ramai mengkampanyekan nonton gratis di Aplikasi We tv, jangan nonton bajakan.

Aliran penonton link haram seperti teman saya ini ada banyak. Mereka biasanya mencari link haram melalui telegram dan halaman facebook yang sangat mudah diakses gratis.

Berbeda dengan penonton link haram, penonton legal seperti saya lebih banyak mengeluarkan modal untuk menonton film. Mulai dari menyediakan space untuk install aplikasi menonton, streaming dengan kuota internet, hingga biaya berlangganan aplikasi setiap bulannya.

Penonton aplikasi legal seperti Ika Natassa. Ketika ada film Mother yang sedang ia cari. Ika Natassa menanyakan ke netizennya, "dmn ya bisa nonton ini? mother judulnya, kdrama yg main lee bo young" 

Walaupun nitizen suka keliru antara Mother dan Mothers, tapi setidaknya sudah ada effort untuk sharing tentang aplikasi legal.

Kak Ika yang mulai mencari, menginstall, membayar, dan akhirnya menonton punya effort untuk menghargai karya sebuah film.

Tau gak sih? Biaya berlangganan kita untuk menonton film itu bisa mengalir ke penulis skenario, sutradara, astrada, hingga tukang lampu yang megang lightingnya. Jadi bayangkan mereka mengeluarkan effort untuk sebuah film. Dimana karya itu bisa menghidupi para sineas film Indonesia.

Kadang ku pikir gak adil juga kalau aku tidak memberi hak mereka atas kontribusi dan karya-karya yang menghibur aku saat pandemi covid-19 ini.

Rasa hati ingin marah ke temenku yang suka nonton bajakan. Tapi aku coba untuk memberi pinjam akun netflix-ku. Bisa jadi dia memang gak punya kelebihan rejeki untuk meluangkan biaya berlangganan.

Sampai saat film "Perfect Fit" tiba. Aku menunggu sekali, karena ada Refal Hady dan Nadya Arina sebagai pemeran utama. Saat aku rekomendasikan film ini ke temanku, ia bilang sudah menonton.

"Wah nonton dimana?"

"Iya, ada di telegram"

Hati kecilku bilang, "loh aku sudah pinjamkan netflix-ku. Tapi kenapa masih menonton link haram?!?"

Ini berarti bukan soal biaya berlangganan, bahkan di we tv yang gratis pun, para penonton link haram masih suka menonton bajakan.

Berarti bukan soal tidak punya aplikasi, tetapi karena memang sudah prinsip penonton link haram ini. Prinsip dimana menikmati film menjadi sebuah keinginan diri sendiri, tanpa perlu berpikir siapa dibalik film ini. 

Tanpa perlu berpikir, apakah orang-orang dibalik film ini bisa makan dan melangsungkan kehidupan dari sebuah karya.

Prinsip yang salah jika kamu sudah berpenghasilan, punya kesempatan untuk install di smartphone-mu.

Cobalah untuk menabung, karena sekarang sudah banyak aplikasi dengan harga terjangkau. Bahkan lebih murah daripada mie ayam di depan Rumahmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun