Di era modern, tekanan sosial untuk selalu tampil sempurna melalui media sosial sangat kuat. Banyak orang merasa harus memenuhi standar kecantikan tertentu meski terkadang bertentangan dengan nilai syariat. Dilema ini seringkali membawa tantangan baru bagi muslim dalam menjaga komitmen terhadap hukum halal haram di tengah budaya populer yang global.
Refleksi ini menunjukan banwa hukum halal dan haram dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk membatasi, melainkan bersifat dinamis dan kontekstual juga untuk melindungi manusia dari mudharat yang lebih besar. Larangan sambung rambut menjaga kita dari penipuan, kesombongan, dan perilaku menyalahi fitrah. Sementara kelonggaran pada kondisi medis menunjukkan bahwa Islam tidak menutup mata terhadap realitas kehidupan yang penuh tantangan. Dengan begitu, saya merasa bahwa memahami hukum Islam bukan sekadar mengetahui boleh atau tidaknya suatuperbuatan, tetapi juga menggali hikmah di baliknya, sehingga kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana.
Bagi saya pribadi, pembahasan ini memberikan kesadaran penting bahwa dalam menjalani kehidupan modern, seorang Muslim tidak boleh hanya terjebak pada arus tren semata, melainkan harus selalu menimbang setiap tindakan berdasarkan nilai syariat. Namun di sisi lain, saya juga belajar bahwa Islam bukanlah agama yang kaku dan mengekang, melainkan agama yang penuh kasih, memberi ruang bagi manusia untuk tetap menjalani hidup dengan baik sekalipun dalam keterbatasan. Dari sini, saya semakin yakin bahwa memahami halal dan haram tidak hanya membuat kita lebih taat, tetapi juga membantu kita menjadi pribadi yang lebih bijak, seimbang, dan peka terhadap realitas kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI